Minggu, 14 Juni 2009

Kepala Ikan

Alkisah pada suatu hari, diadakan sebuah pesta emas peringatan 50 tahun pernikahan sepasang kakek -nenek. Pesta ini pun dihadiri oleh keluarga besar kakek dan nenek tersebut beserta kerabat dekat dan kenalan.

Pasangan kakek-nenek ini dikenal sangat rukun, tidak pernah terdengar oleh siapapun bahkan pihak keluarga mengenai berita mereka perang mulut. Singkat kata mereka telah mengarungi bahtera pernikahan yang cukup lama bagi kebanyakan orang. Mereka telah dikaruniai anak-anak yang sudah dewasa dan mandiri baik secara ekonomi maupun pribadi. Pasangan tersebut merupakan gambaran sebuah keluarga yang sangat ideal.

Disela-sela acara makan malam yang telah tersedia, pasangan yang merayakan peringatan ulang tahun pernikahan mereka ini pun terlihat masih sangat romantis. Di meja makan, telah tersedia hidangan ikan yang sangat menggiurkan yang merupakan kegemaran pasangan tersebut. Sang kakek pun, pertama kali melayani sang nenek dengan mengambil kepala ikan danmemberikannya kepada sang nenek, kemudian mengambil sisa ikan tersebut untuknya sendiri.

Sang nenek melihat hal ini, perasaannya terharu bercampur kecewa dan heran.

Akhirnya sang nenek berkata kepada sang kakek:

“Suamiku, kita telah melewati 50 tahun bahtera pernikahan kita. Ketika engkau memutuskan untuk melamarku, aku memutuskan untuk hidup bersamamu dan menerima dengan segala kekurangan yang ada untuk hidup sengsara denganmu walaupun aku tahu waktu itu kondisi keuangan engkau pas-pasan. Aku menerima hal tersebut karena aku sangat mencintaimu. Sejak awal pernikahan kita, ketika kita mendapatkan keberuntungan untuk dapat menyantap hidangan ikan, engkau selalu hanya memberiku kepala ikan yang sebetulnya sangat tidak aku suka, namun aku tetap menerimanya dengan mengabaikan ketidaksukaanku tersebut karena aku ingin membahagiakanmu. Aku tidak pernah lagi menikmati daging ikan yang sangat aku suka selama masa pernikahan kita. Sekarangpun, setelah kita berkecukupan, engkau tetap memberiku hidangan kepala ikan ini. Aku sangat kecewa, suamiku. Aku tidak tahan lagi untuk mengungkapkan hal ini.”

Sang kakek pun terkejut dan bersedihlah hatinya mendengarkan penuturan sang nenek. Akhirnya, sang kakek pun menjawab: “Istriku, ketika engkau memutuskan untuk menikah denganku, aku sangat bahagia dan aku pun bertekad untuk selalu membahagiakanmu dengan memberikan yang terbaik untukmu. Sejujurnya, hidangan kepala ikan ini adalah hidangan yang sangat aku suka. Namun, aku selalu menyisihkan hidangan kepala ikan ini untukmu, karena aku ingin memberikan yang terbaik bagimu. Semenjak menikah denganmu, tidak pernah lagi aku menikmati hidangan kepala ikan yang sangat aku suka itu. Aku hanya bisa menikmati daging ikan yang tidak aku suka karena banyak tulangnya itu. Aku minta maaf, istriku.”

Mendengar hal tersebut, sang nenek pun menangis. Merekapun akhirnya berpelukan. Percakapan pasangan ini didengar oleh sebagian undangan yang hadir sehingga akhirnya merekapun ikut terharu.

MORAL OF THE STORY:
Kadang kala kita terkejut mendengar atau mengalami sendiri suatu hubungan yang sudah berjalan cukup lama dan tidak mengalami masalah yang berarti, kandas di tengah-tengah karena hal yang sepele, seperti masalah pada cerita di atas. Kualitas suatu hubungan tidak terletak pada lamanya hubungan tersebut, melainkan terletak sejauh mana kita mengenali pasangan kita masing-masing. Hal itu dapat dilakukan dengan komunikasi yang dilandasi dengan keterbukaan. Oleh karena itu, mulailah kita membina hubungan kita berlandaskan pada kejujuran, keterbukaan dan saling menghargai satu sama lain…

“Teduh” yang Telah Pergi

“Pagi hari, di kediaman keluarga darmawan…..
“Ya….. masa Dinda ke skul harus naik angkot sich, Bun?”
”Hari ini Pak Kosim nggak bisa ngantar. Karena anak nya lagi sakit, dan semalam dia izin pulang. Udah, sekali-kali kamu berangkat naik angkot, napa? Buruan sana berangkat, ntar kamu telat lho!!!”
”Ya udah dech….Dinda pergi dulu ya, Bun!”

Hari ini adalah hari yang menjengkelkan bagi Dinda. Karena supirnya harus nemani anaknya di rumah sakit. Alhasil dia harus berangkat ke skul naik angkot.

”Duh Bunda ne, kenapa nggak nyari orang lain sich buat nganterin aku, terpaksa dech aku naik angkot. Mana panas lagi.”
Saat dia lagi sibuk mengoceh, tiba-tiba muncul cowok yang cakep banget duduk tepat di sebelah Dinda. Dan jantung Dinda hampir aja copot saat tu cowok senyum dengannya.

Dinda ngerasaain perasaan yang lega dan semua kekesalannya hilang seketika. Karena senyum cowok itu sangat manis, apalagi ditambah dengan sorot matanya yang teduh banget, yang dapat menutupi rasa sakit yang udah lama tertahankan olehnya.
Seharian ini kerja Dinda hanya senyum-senyum sendiri, bundanya aja malah nganggap kalo Dinda kesambet setan halte bus.

”Duh….tu cowok manis banget ya…… saat gue liat mukanya, gue ngerasa kalo beban gue naik bus itu musnah semua. Sapa ya nama tu cowok? Rasanya gue pengen banget kenalan ama tu cowok. Py gue malu. Hm…. gue kasih nama “Teduh” aja dech… Coz matanya tu teduh banget. And mulai besok gue bakalan naik bus dech… coz gue pengen ngeliat muka tu cowo lagi” pikir Dinda yang masih nggak berhenti memikirkan cowok tadi, dan akhirnya dia tidur sambil berharap bisa menemukan cowok itu di mimpi indahnya.

Paginya….
“Bun, Dinda pergi skul dulu ya…!!!” pamit Dinda sambil mencium pipi bundanya
“Lho Din, kamu nggak nunggu Pak Kosim dulu?”
”Nggaklah Bun, hari ini Dinda pengen naik bus aja….da Bunda,” ucap Dinda sambil berlari meninggalkan rumahnya.
Sesampainya di halte bus…..
”Duh si teduh mana ya? Kok belom datang sich?” batin Dinda gelisah karena sang pujaan hati belum juga menampakkan batang hidungnya.

Tapi baru saja Dinda gelisah dengan pertanyaan yang ada di hatinya, tiba-tiba muncul seorang cowok yang bermata teduh. Cowok itu tersenyum dan menyapa Dinda.
”Hei….. Kamu baru naik bus ya?” sapa cowok itu yang berhasil membuat Dinda terpaku.
”Lho koq diam?”
”Eh….sorry…. tadi kamu bicara apa?”
”Aku tanya, kamu baru naik bus ya? Soalnya aku baru ngeliat kamu semalam”.
”Ha…, oh iya…..nam…..” belum Dinda menyelesaikan pertanyaannya, tiba-tiba bus yang menuju ke sekolah Dinda datang.
”Eh… tu bus kamu udah datang”.
”Oh iya….hm… aku berangkat duluan ya…,” pamit Dinda yang dibalas dengan senyuman teduh itu lagi. Dan rasanya langkah Dinda berat banget buat ninggalin ”teduh” nya itu.

***

Sudah sebulan Dinda bertemu dengan cowok pujaan hatinya itu. Tapi nggak pernah sekalipun dia berani berkenalan dengan ”teduh”. Jangankan berkenalan, menyapa saja dia tak berani. Sampai akhirnya suatu hari Dinda memberanikan diri untuk berkenalan dengan ”teduh” hari ini. Tapi orang yang ditunggu-tunggu tak kunjung datang. Dan Dinda nggak sadar kalo itu adalah pertemuan terakhir dengan ”teduh” nya itu.

***

Seminggu sudah Dinda menanti sang pujaan hati, tapi ”teduh” tak kunjung datang. Dan seminggu pula Dinda melewati hari-harinya dengan tidak bersemangat. Berbeda saat dia baru bertemu dengan ”teduh”.
Suatu pagi, saat ia menunggu bus untuk terakhir kalinya. Kursi yang biasa di duduki ”teduh” sudah di duduki oleh seseorang. Tapi seseorang itu bukan teduh melainkan wanita paruh baya yang masih terlihat cantik di usianya dan mukanya juga sangat mirip dengan seseorang yang sangat dirindukan Dinda. Tapi dari raut mukanya, tampak sekali kalo beliau sedang bersedih. Tiba-tiba ibu itu menyapa Dinda dengan ramah:

” Lagi nunggu bis ya, Dek?” sapanya ramah
”Iya Bu….”
”Kalo anak saya masih hidup, dia mungkin duduk di sini dan nungguin bus juga kayak kamu!”
”Lho….memangnya anak ibu kemana?”
”Anak saya udah nggak ada lagi. Dia udah pergi jauh dan nggak akan pernah kembali lagi”.
”Maksud Ibu dia pindah ke luar kota ya?”
“Bukan nak, dia udah meninggal dunia”.
”Oh…maaf ya Bu….”
”Nggak apa-apa koq dek….. dia tu punya mata yang teduh sekali, setiap orang yang melihatnya pasti bakal tenang dan lega.”
”Sayang ya Bu, sayang saya tak bisa melihat mukanya. Tapi dari cerita ibu, saya ngerasa dia mirip banget ama seseorang.”
”Hm…..kebetulan saya selalu membawa fotonya.” jawab ibu itu sambil menyerahkan foto anaknya.
”Oh ya…. sebelumnya ibu ingin minta tolong sama kamu, bisa nggak kamu membantu ibu?”
”Apa yang bisa saya bantu Bu?”

”Di belakang foto itu, anak saya menuliskan surat terakhirnya. Dan dia berpesan agar surat itu diberikan kepada seorang cewek yang bernama Dinda. Kalo adek kenal, saya minta tolong sekali supaya adik bisa menyampaikannya kepada Dinda.” pesan terakhir ibu itu dan langsung meninggalkan Dinda dengan perasaan binggung dan deg-deg-an, karena ia takut kalo cowok itu ternyata……….

”Halo Dinda….mungkin kamu bertanya-tanya mengapa aku tahu namamu…. itu karena aku sengaja melihat namamu….. Andai saja aku masih hidup, ingin rasanya aku berkenalan denganmu. Ingin rasanya aku lebih dekat denganmu, tapi aku tak berdaya menahan sakitnya kepalaku ini. Sekarang aku percaya dengan cinta pada pandangan pertama, karena aku ngerasa aku sudah jatuh cinta padamu saat pertama kali kita bertemu. Tapi aku ngggak punya keberanian buat ngungkapinnya.

Karena kita belum saling kenal, tapi sekarang aku lega, karena sebelum aku meninggal, aku bisa mengungkapkan perasaan ku ini, walaupun hanya lewat sepucuk surat. Dan sekarang aku bisa meninggalkan dunia ini tanpa beban memendam perasaan ini lagi. Terima kasih karena kamu bisa mengajari aku tentang rasanya jatuh cinta. Dan menambahkan semangatku untuk hidup lebih lama.
Dariku Reza”.

Saat melihat foto dan membaca surat itu, air mata Dinda tak dapat di tahan lagi. Ia merasa lemas saat melihat sosok pria yang memiliki mata teduh itu. Sepasang mata yang membuatnya menanti selama sebulan. Membuatnya rela panas-panasan menunggu angkot, dan membuatnya selalu bersemangat melewati hari. Lalu dinda membaca surat terakhir dari teduh
Sekarang sosok itu hanya dapat tersenyum abadi, tapi tak dapat disentuh dan diajak berbicara. Dan sekarang dinda hanya bisa menangis dan menyesali kepergian ”teduh” bersama dengan rasa cintanya yang tak kan bisa tersampaikan selamanya.

Sabtu, 13 Juni 2009

Gita

terkadang hal yang diharapkan berbenturan dengan kenyataan. Orang menganggapnya sebagai takdir. Di sitiulah perasaan bermakna, salah satunya adalah cinta. Apa yang dialami Gita memang biasa, terjadi pada manusia umumnya. Tetapi ini menjadi luar biasa, ketika ia merasa bahwa simpatinya sebagaimana pungguk merindukan bulan.
sudah dua minggu ia memendam seribu rasa yang membuat jantungnya berdebar kencang saat melihat sang pujaan hatinya.

“Kita pilih duduk di sini aja. Ayo dong ceritain gebetan barumu,” tiba-tiba terdengan suara serak yang mengusik lamunan Gita.
“Iya... Ri, mumpung kita ngumpul nih,” jawab teman Qori.
Gita

“Masak lo main rahasiaan sama geng sndiri,” tutur temannya lagi.
Gita mendadak gugup. Nggak salah lagi itu Qori. Qori dari geng The SRIES, cowok yang sangat dikagumi para cewek-cewek di sekolah.


Gita nyaris nggak bergerak. Mneyadari cowok tampan yang sedang ditaksirnya itu ada di meja belakangnya. Saat sedang barengan dengan teman-teman aja Gita sudah nervous .... apalagi sekarang ia sedang sendirian. Tapi untuk yang satu ini, rasa ingin tahunya jauh lebih besar. Dan apa tadi? Mereka lagi ngomong soal gebetannya Qori. Wah..... Wah....

“Jadi bener nih, dia tinggal di jalan Tumbuhan?” tanya teman Qori.
Deg, Gita nyaris tersentak. Bukankah itu jalan tempat ia tinggal? Jalan itukan kecil, jadi ia kenal hampir semua penghuninya. Kayaknya nggak ada yang seumuran dia, rata-rata sudah kuliah dan kerja. Rasa ingin tahunya semakin memuncak.
“Iya, anak kelas satu juga. aku memang naksir dia. Soalnya dia manis banget, pintar dan baik. Pasti dong banyak saingannya. Makanya aku jaga jarak biar dia penasaran,” suara Qori terdengar riang.

Jantung Gita berdegup kencang. Ia semakin yakin , selain dia ngak ada anak kelas satu SMA tinggal di jalan itu. Kalau masalah kecerdasan otak, Gita memang selalu jadi juara satu sejak cawu pertama. Semuanya klop. Mungkin yang dimaksud Qori itu dirinya?.

“Wah, playboy satu ini sudah berketuk lutut. Terus kapan dong kamu nembak dia?” desak temannya.
“Oh my god,” Gita nyaris menahan napas.
“Eh, ngomong-ngomong siapa namanya?” tanya temannya lagi.
“Gita,” jawab Qori.

Kali ini Gita nyaris nggak mampu menahan diri. Ingin rasanya ia melompat dan berteriak, kalau saja nggak ingat di mana dia berada sekarang. Ini benar-benar keajaiban. Qori naksir dia. Berita ini wajib diceritakan pada sohib-sohibnya.
Pukul setengah tujuh malam, semua persiapan sudah sempurna. Sekarang Qori naksir dia. Primadona sekolah itu menyukai gadis biasa seperti dia. Gita bernyanyi bahagia.
“Kamu nggak sedang melamun Git?” kata Intan sambil terkikik.

“Iya Git, jangan-jangan itu cuma halusinasi aja,” timpal Shafina.
Gita pura-pura merengut sambil berucap “Pendengaranku masih normal dan aku nggak bakalan cerita kalau tahu reaksi kalian begini”.
“Bukan begitu Git, Kalau benar Qori naksir kamu, kok bisa tenang-tenang aja sih?” kata Intan dan Shafina.

Ruth mencoba menengahi. “Kan Qori sendiri yang bilang dia sengaja jaga jarak biar surprise”.
“Udah deh, pokoknya mulai besok akan bakal jadi cewek paling bahagia di dunia,” ujar Gita tersenyum bahagia.

Keesokan harinya, bel rumah berbunyi. Dengan ceria Gita menghambur ke pintu, tapi ternyata yang datang Kak Adi, pacarnya mbak Enes. Keduanya lalu pergi, sementara Mama dan Papanya sudah berangkat ke acara resepsi. Di rumah hanya ada Gita dan mbak Tami.

Gita mulai tidang sabar. SEdari tadi sohib-sohibnya terus menelpon dan membuatnya tambah be te.

“Gita bangaun! Kok ketiduran di sini?” suara Mamanya terdengar sayup. Gita membuka matanya, ternyata Mama dan Papanya sudah pulang.

“O ya, Qori! Astaga, setengah sepuluh malam”Gita melonjak. Ternyata Qori tidak datang dari tadi. Gita mulai kebingungan.

Gita akhirnya ikut ajakan orang tuanya untuk mencari makan malam di luar.
“O ya Gita. Mama lupa cerita tentang cucunya Bu Nanda, padahal sudah sebulan lo. Kapan-kapan kamu main ke sana ya?” tiba-tiba Mamanya bercerita. Gita cuma mengangguk tanpa semangat.

Ketika melewati rumah Bu Nanda, Gita melihat seorang gadis cantik lekuar dari rumah diikuti seorang cowok. “Oh my god”, Gita terkejut bukan main. Berkali-kali dikedipkan matanya, berharap yang dilihatnya itu orang lain. Tapi sia-sia, cowok itu benar-benar Qori. Mereka berdua kelihatan akrab sekali.

Dengan gemetar Gita bertanya pada Mamanya, “siapa nama gadis itu Ma?
“Kebetulan namanya sama dengan kamu .... Gita,” jawab Mamanya.
Gita terkulai menyadari impiannya hancur oleh kebodohannya sendiri. Seharusnya ia mendengarkan ucapan sohibnya. Dan celakanya Gita terlanjur begitu berharap. Dia merasa marah, kecewa dan ... malu sekali.

Aku Ingin Mencintaimu Dengan Sederhana

Aku memandang kalender yang terletak di meja dengan kesal. Sabtu, 30 Maret 2002, hari ulang tahun perkawinan kami yang ketiga. Dan untuk ketiga kalinya pula Aa’ lupa. Ulang tahun pertama, Aa’ lupa karena harus rapat dengan direksi untuk menyelesaikan beberapa masalah keuangan perusahaan. Sebagai Direktur keuangan, Aa’ memang berkewajiban menyelesaikan masalah tersebut. Baiklah, aku maklum. Persoalan saat itu memang lumayan pelik.

Ulang tahun kedua, Aa’ harus keluar kota untuk melakukan presentasi. Kesibukannya membuatnya lupa. Dan setelah minta maaf, waktu aku menyatakan kekesalanku, dengan kalem ia menyahut,” Dik, toh aku sudah membuktikan cintaku sepanjang tahun. Hari itu tidak dirayakan kan tidak apa-apa. Cinta kan tidak butuh upacara…”

Sekarang, pagi-pagi ia sudah pamit ke kantor karena harus menyiapkan beberapa dokumen rapat. Ia pamit saat aku berada di kamar mandi. Aku memang sengaja tidak mengingatkannya tentang ulang tahun perkawinan kami. Aku ingin mengujinya, apakah ia ingat atau tidak kali ini. Nyatanya? Aku menarik napas panjang.

Heran, apa sih susahnya mengingat hari ulang tahun perkawinan sendiri? Aku mendengus kesal. Aa’ memang berbeda dengan aku. Ia kalem dan tidak ekspresif, apalagi romantis. Maka, tidak pernah ada bunga pada momen-momen istimewa atau puisi yang dituliskan di selembar kertas merah muda seperti yang sering kubayangkan saat sebelum aku menikah.

Sedangkan aku, ekspresif dan romantis. Aku selalu memberinya hadiah dengan kata-kata manis setiap hari ulang tahunnya. Aku juga tidak lupa mengucapkan berpuluh kali kata I love you setiap minggu. Mengirim pesan, bahkan puisi lewat sms saat ia keluar kota. Pokoknya, bagiku cinta harus diekspresikan dengan jelas. Karena kejelasan juga bagian dari cinta.

Aku tahu, kalau aku mencintai Aa’, aku harus menerimanya apa adanya. Tetapi, masak sih orang tidak mau berubah dan belajar? Bukankah aku sudah mengajarinya untuk bersikap lebih romantis? Ah, pokoknya aku kesal titik. Dan semua menjadi tidak menyenangkan bagiku. Aku uring-uringan. Aa’ jadi benar-benar menyebalkan di mataku. Aku mulai menghitung-hitung waktu dan perhatian yang diberikannya kepadaku dalam tiga tahun perkawinan kami. Tidak ada akhir minggu yang santai. Jarang sekali kami sempat pergi berdua untuk makan malam di luar. Waktu luang biasanya dihabiskannya untuk tidur sepanjang hari. Jadilah aku manyun sendiri hampir setiap hari minggu dan cuma bisa memandangnya mendengkur dengan manis di tempat tidur.

Rasa kesalku semakin menjadi. Apalagi, hubungan kami seminggu ini memang sedang tidak baik. Kami berdua sama-sama letih. Pekerjaan yang bertumpuk di tempat tugas kami masing-masing membuat kami bertemu di rumah dalam keadaan sama-sama letih dan mudah tersinggung satu sama lain. Jadilah, beberapa kali kami bertengkar minggu ini.

Sebenarnya, hari ini aku sudah mengosongkan semua jadual kegiatanku. Aku ingin berdua saja dengannya hari ini dan melakukan berbagai hal menyenangkan. Mestinya, Sabtu ini ia libur. Tetapi, begitulah Aa’. Sulit sekali baginya meninggalkan pekerjaannya, bahkan pada akhir pekan seperti ini. Mungkin, karena kami belum mempunyai anak. Sehingga ia tidak merasa perlu untuk meluangkan waktu pada akhir pekan seperti ini.

”Hen, kamu yakin mau menerima lamaran A’ Ridwan?” Diah sahabatku menatapku heran. ”Kakakku itu enggak romantis, lho. Tidak seperti suami romantis yang sering kau bayangkan. Dia itu tipe laki-laki serius yang hobinya bekerja keras. Baik sih, soleh, setia… Tapi enggak humoris. Pokoknya, hidup sama dia itu datar. Rutin dan membosankan. Isinya cuma kerja, kerja dan kerja…” Diah menyambung panjang lebar. Aku cuma senyum-senyum saja saat itu. Aa’ memang menanyakan kesediaanku untuk menerima lamaranku lewat Diah.

”Kamu kok gitu, sih? Enggak senang ya kalau aku jadi kakak iparmu?” tanyaku sambil cemberut. Diah tertawa melihatku. ”Yah, yang seperti ini mah tidak akan dilayani. Paling ditinggal pergi sama A’ Ridwan.” Diah tertawa geli. ”Kamu belum tahu kakakku, sih!” Tetapi, apapun kata Diah, aku telah bertekad untuk menerima lamaran Aa’. Aku yakin kami bisa saling menyesuaikan diri. Toh ia laki-laki yang baik. Itu sudah lebih dari cukup buatku.

Minggu-minggu pertama setelah perkawinan kami tidak banyak masalah berarti. Seperti layaknya pengantin baru, Aa’ berusaha romantis. Dan aku senang. Tetapi, semua berakhir saat masa cutinya berakhir. Ia segera berkutat dengan segala kesibukannya, tujuh hari dalam seminggu. Hampir tidak ada waktu yang tersisa untukku. Ceritaku yang antusias sering hanya ditanggapinya dengan ehm, oh, begitu ya… Itupun sambil terkantuk-kantuk memeluk guling. Dan, aku yang telah berjam-jam menunggunya untuk bercerita lantas kehilangan selera untuk melanjutkan cerita.

Begitulah… aku berusaha mengerti dan menerimanya. Tetapi pagi ini, kekesalanku kepadanya benar-benar mencapai puncaknya. Aku izin ke rumah ibu. Kukirim sms singkat kepadanya. Kutunggu. Satu jam kemudian baru kuterima jawabannya. Maaf, aku sedang rapat. Hati-hati. Salam untuk Ibu. Tuh, kan. Lihat. Bahkan ia membutuhkan waktu satu jam untuk membalas smsku. Rapat, presentasi, laporan keuangan, itulah saingan yang merebut perhatian suamiku.

Aku langsung masuk ke bekas kamarku yang sekarang ditempati Riri adikku. Kuhempaskan tubuhku dengan kesal. Aku baru saja akan memejamkan mataku saat samar-samar kudengar Ibu mengetuk pintu. Aku bangkit dengan malas.

”Kenapa Hen? Ada masalah dengan Ridwan?” Ibu membuka percakapan tanpa basa-basi. Aku mengangguk. Ibu memang tidak pernah bisa dibohongi. Ia selalu berhasil menebak dengan jitu.

Walau awalnya tersendat, akhirnya aku bercerita juga kepada Ibu. Mataku berkaca-kaca. Aku menumpahkan kekesalanku kepada Ibu. Ibu tersenyum mendengar ceritaku. Ia mengusap rambutku. ”Hen, mungkin semua ini salah Ibu dan Bapak yang terlalu memanjakan kamu. Sehingga kamu menjadi terganggu dengan sikap suamimu. Cobalah, Hen pikirkan baik-baik. Apa kekurangan Ridwan? Ia suami yang baik. Setia, jujur dan pekerja keras. Ridwan itu tidak pernah kasar sama kamu, rajin ibadah. Ia juga baik dan hormat kepada Ibu dan Bapak. Tidak semua suami seperti dia, Hen. Banyak orang yang dizholimi suaminya. Na’udzubillah!” Kata Ibu.

Aku terdiam. Yah, betul sih apa yang dikatakan Ibu. ”Tapi Bu, dia itu keterlaluan sekali. Masak Ulang tahun perkawinan sendiri tiga kali lupa. Lagi pula, dia itu sama sekali tidak punya waktu buat aku. Aku kan istrinya, bu. Bukan cuma bagian dari perabot rumah tangga yang hanya perlu ditengok sekali-sekali.” Aku masih kesal. Walaupun dalam hati aku membenarkan apa yang diucapkan Ibu.

Ya, selain sifat kurang romantisnya, sebenarnya apa kekurangan Aa’? Hampir tidak ada. Sebenarnya, ia berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakanku dengan caranya sendiri. Ia selalu mendorongku untuk menambah ilmu dan memperluas wawasanku. Ia juga selalu menyemangatiku untuk lebih rajin beribadah dan selalu berbaik sangka kepada orang lain. Soal kesetiaan? Tidak diragukan. Diah satu kantor dengannya. Dan ia selalu bercerita denganku bagaimana Aa’ bersikap terhadap rekan-rekan wanitanya di kantor. Aa’ tidak pernah meladeni ajakan Anita yang tidak juga bosan menggoda dan mengajaknya kencan. Padahal kalau mau, dengan penampilannya yang selalu rapi dan cool seperti itu, tidak sulit buatnya menarik perhatian lawan jenis.

”Hen, kalau kamu merasa uring-uringan seperti itu, sebenarnya bukan Ridwan yang bermasalah. Persoalannya hanya satu, kamu kehilangan rasa syukur…” Ibu berkata tenang.

Aku memandang Ibu. Perkataan Ibu benar-benar menohokku. Ya, Ibu benar. Aku kehilangan rasa syukur. Bukankah baru dua minggu yang lalu aku membujuk Ranti, salah seorang sahabatku yang stres karena suaminya berselingkuh dengan wanita lain dan sangat kasar kepadanya? Bukankah aku yang mengajaknya ke dokter untuk mengobati memar yang ada di beberapa bagian tubuhnya karena dipukuli suaminya?

Pelan-pelan, rasa bersalah timbul dalam hatiku. Kalau memang aku ingin menghabiskan waktu dengannya hari ini, mengapa aku tidak mengatakannya jauh-jauh hari agar ia dapat mengatur jadualnya? Bukankah aku bisa mengingatkannya dengan manis bahwa aku ingin pergi dengannya berdua saja hari ini. Mengapa aku tidak mencoba mengatakan kepadanya, bahwa aku ingin ia bersikap lebih romantis? Bahwa aku merasa tersisih karena kesibukannya? Bahwa aku sebenarnya takut tidak lagi dicintai?

Aku segera pamit kepada Ibu. Aku bergegas pulang untuk membereskan rumah dan menyiapkan makan malam yang romantis di rumah. Aku tidak memberitahunya. Aku ingin membuat kejutan untuknya.

Makan malam sudah siap. Aku menyiapkan masakan kegemaran Aa’ lengkap dengan rangkaian mawar merah di meja makan. Jam tujuh malam, Aa’ belum pulang. Aku menunggu dengan sabar. Jam sembilan malam, aku hanya menerima smsnya. Maaf aku terlambat pulang. Tugasku belum selesai. Makanan di meja sudah dingin. Mataku sudah berat, tetapi aku tetap menunggunya di ruang tamu.

Aku terbangun dengan kaget. Ya Allah, aku tertidur. Kulirik jam dinding, jam 11 malam. Aku bangkit. Seikat mawar merah tergeletak di meja. Di sebelahnya, tergeletak kartu ucapan dan kotak perhiasan mungil. Aa’ tertidur pulas di karpet. Ia belum membuka dasi dan kaos kakinya.

Kuambil kartu ucapan itu dan kubuka. Sebait puisi membuatku tersenyum.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Lewat kata yang tak sempat disampaikan

Awan kepada air yang menjadikannya tiada

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Dengan kata yang tak sempat diucapkan

Kayu kepada api yang menjadikannya abu. *

Karmakah ini...................???

Nasib.....
Mungkin dah nasib seperti ini
Tatkala ada seorang makhluk yang didatangkan Tuhan
untuk mengasihiq dengan sepenuh hati
setengah mati aq berlari
mengelak dari anugrah itu

Aq yakin dikala itu belum menginginkan
sebuah cinta hadir dalam hidupq
yang ada hanyalah ketakutan
ketakutan untuk terluka pada akhirnya
karna dia sahabatq

cinta itu sebuah keajaiban???????
Tanpa kumau dan kuingini
Cinta itu datang……
Tapi bukan untuk dirinya

Disaat dia masih setia menungguku
dan terus memberikan semua cintanya untukq
aq jatuh cinta pada yang lain
orang yang sampai saat ini masih kucinta dan kutunggu
“pangeran mimpi”q
meski q tak tau dimana dia kini berada
dan kepada siapa dia berikan cintanya

6 tahun dia menunggu
Dengan setangkai bunga harapan ditangannya
Sebongkah senyum slalu hiasi bibirnya
Berharap aq datang untuknya
Namun maafkan sahabatq
Aq tak mau menyakiti hatimu dengan menerimamu
Karna hanyalah cinta semu yang akan kau dapat

Kuberanikan diri untuk berkata tegas “tidak”
Taukah sahabat……
Aq berdoa kau dapatkan yang terbaik
Orang yang lebih mencintaimu
Dan pada akhirnya…..kau dapatkan itu

Dan kini tinggalah aq sendiri
Sendiri dengan penuh khayalan dihidupq
Menanti “pangeran mimpi”q datang
Dan menjemputq untuk jadi penjaga hatinya
Biarlah kunikmati sendiriq kini
Karna memang inilah jalan yang kupilih
Kejujuran hati

Aku Berjalan Diatas Mimpi Ku

Langit gelap
tak ada satupun cahaya yang menerpa wajahku,
sunyi sungguh sunyi,
tak ada satu bintang pun yang biasanya bertaburan...
hanya rintikan air yang jatuh terjun ke bumi
terbang bagaikan bersayap

Aku sendiri hanya sendiri
tak ada satu orang pun yang menatapku
Di ruang gelap ini aku bermimpi
kutuliskan disebuah kertas putih
mimpi-mimpiku kuharap ia mengerti
mimpi dari seorang yang sendiri

Angin berhembus semakin kencang
meniup rambutku dan menyapaku
Pencil kayu di tanganku terjatuh
terkapar di atas kertas putih

Mengapa wahai angin?
apa aku tak boleh bermimpi?
aku bingung...aku tak mengerti

Aku hanya bermimpi
tak berharap tuk jadi nyata
Aku hanya menanti
tak berharap akan menghampiri


Ku ambil pencil kayu
yang terkapar lemah
di atas kertas putih

tangan ku mulai menari-nari
menuliskan mimpi-mimpiku
mimpi akan sempurna
mimpi akan bahagia

Setetes air jatuh dan berderai
tumpah dari atas gubuk ini...
ah...mengapa ada saja yang sengaja
menggangu aku bermimpi

Coretan ku
tentang mimpiku
Menjadi suatu yang tak kumengerti

aku kesal...sungguh kesal
aku lalu berjalan
aku berjalan dengan kesalku
tapi aku masih ingin bermimpi

Baru kulangkahkan kakiku
melewati batas tanah
dan jalan rumahku

aku terkejut
sebuah kereta besi beroda empat
hampir menyapaku dan menyentuhku
aku hampir mati...

Aku langsung tersadar
dari mimpi dan sesalku
Jangan pernah bermimpi
dan hanya bermimpi...

Langkahkan kakimu
dan lakukan mimpimu...
jangan hanya diam
atau berjalan...
berjalan di atas mimpi

KOSONG

Kubuka mataku
saat mentari baru terjaga
aku bingung , aku ga mengerti

Kulangkahkan kakiku
tanpa tujuan yang pasti
hanya ada kekosongan
jauh di dalam hatiku



aku pun berlari
kurasakan angin
bertiup ketatapanku
seakan ia mengerti

Inginku diam
dan hanya diam
air mataku terbang
tanpa sayap jatuh ke bumi

Apa aku tercipta
untuk jalani seperti ini
penuh kebohongan
penuh kekosongan

Cinta Abadi

Inilah cintaku..
Untukmu, Sayangku..
Semoga selalu abadi
Tak lekang dimakan waktu
Inilah kasih sayangku
Yang selalu hanya untukmu
Semoga kan abadi
Tak kan lenyap dan hilang
Meski ajal menjemput

Ku sadar tak akan bisa..
Hidup tanpamu
Ku tak akan mampu..
Ku lemah tanpamu
Ku bisa mati tanpa cintamu

Ku tak mau lepas dari pelukanmu
Ku tak mau jauh darimu
Ku hidup hanya untukmu
Untuk selamanya ku hanya milikmu


Ku tak bisa kehilanganmu
Ku ingin terus bersamamu
Semoga cinta kita abadi
Untuk selamanya..
Aku cinta kamu..

Tak Mengerti

Jauh aku melangkah
namun aku tak pernah menemukan
Semakin jauh aku dari kehidupan
semakin aku tak menemukannya


Ada apa ini?
mengapa begitu sulit?
apa salahku?
Apa ini takdirku?

Selalu sendiri dan sendiri
Jika aku tahu...
aku tak ingin hidup
bila hanya sendiri...

Saat Aku Mengecup Bibir Mu......................!!!

Terkenang...
aku satu kisah cinta
saat aku...
mengecup bibirmu

Kudengar...
Lembut katamu
"aku sayang padamu tetaplah untukku"

Namunku tak bisa
tuk tetap disisimu...
tapi kan kujaga cinta ini

Kutatap...
indah matamu
yang seakan...
tak ingin kepergianku

Tunggulah aku...
Ku kan kembali
untuk membawamu ke pelukanku

namun kini...
semua t'lah hilang
kau t'lah pergi
pergi tak kan kembali...

Tangis dan rinduku untukmu
kan slalu kukenang
dirimu dan cintamu
saat aku mengecup bibirmu...

Puisi Untuk Mu Teman.....................!!!

Saat daun berguguran jatuh ke bumi
terbang bagaikan bersayap
Aku teringat sebuah kenangan yang tak pernah hilang
Sebuah kenangan yang terindah

Ku coba tuk tersadar dari lamun ku
Sebuah sinar terang mentari
seakan menyapa ku
dan memaksa ku untuk kembali termenung

Tak pernah bisa ku lupakan
Saat canda tawa menemani ku

Tak pernah bisa ku hilangkan
Sebuah senyum yang melekat saat menatap ku

Sesal dihatiku
yang selalu ku pendam
marah di tubuhku
yang benci akan keraguanku


Aku benci...
aku kesal...

mengapa saat kau menyayangiku
aku tak peduli...
mengapa saat kau berkata
aku tak percaya...

maaf kan aku teman
maaf kan aku...

ku tak percaya...
tuhan begitu sayang padamu
begitu cepat kau kembali
begitu cepat kau pergi...

tenang lah disana...
abadilah disisinya...
sebuah doa dan kenangku
untuk mu selamanya...

By cerita cinta untuk mu teman yang telah pergi...

Tuk Seorang Yang Dikenang

Langit biru
Setitik awan menghitam

Bulan terang
Sepercik cahaya bintang
menghilang

Aku duduk termenung
Dengan diam ku
Tanpa sebuah kata

Aku duduk sendiri
dengan mata yang meredup
menatap kearah sebuah daun
yang mulai mengering

Khayal ku melayang
terkenang sebuah cerita
cerita terindah
yang pernah kualami

Memang semua t'lah berakhir
hilang dengan keangkuhanku


Tapi kusadari
ketika ku menangis

Ratapannya tak ku gugah
Ketika dia memohon kepadaku

Aku hanya tertawa
Tertawa dengan penggantinya

dulu...
Setangkai mawar
masih membuat warna
dalam hidup ku

Namun kini
hanya duri yang tersisa
Menancap ke tubuhku

Tak pernah bisa kuhilangkan
Dan kan selalu terkenang
Seorang yang pergi
Dengan keangkuhanku.

Ketika nyawa Taruhan nya

tatapan mata masih liar melirik ke segala arah pandangan. saya memiliki seorang teman yang memiliki wajah cukup menarik, namanya lucky. Begitu banyak cewek yang tak tahan dengan rayuannya, tak ada gadis yang tak mampu diraihnya. Tapi saat itu lucky mendapatkan tantangan dari seorang temanku lagi yang bernama tio. Tantangannya adalah mendapatkan seorang gadis jurusan keungan yang katanya sangat cantik dan sulit untuk dirayu. Lucky lalu menerima tawaran itu.

Setiap hari lucky selalu mendekati cewek yang memang berwajah cantik itu, tapi sang gadis selalu cuek kepada lucky, namun ketidak pedulian itu menambah semangat lucky, katanya "nah ini baru tantangan!!". Suatu ketika, lucky memberanikan diri mendekati sang cewek yang sedang bercanda dengan teman-temannya, selangkah demi selangkah lucky berjalan, tapi tiba-tiba saya dan teman-teman sangat terkejut ketika sang cewek menyiram wajah lucky dengan segelas air yang membasahi sekujur tubuh lucky. Wajah lucky memerah, ia menatap gadis itu dengan penuh rasa dendam dan kemudian berjalan perlahan meninggalkan sang cewek pujaannya. "Ingat rie!!bakal aku balas dengan yang lebih menyakitkan!!!, "kata lucky ketika berjalan disampingku.

Hari berganti hari, sudah hampir sebulan saya tak melihat lucky, tak ada yang tahu keberadaan lucky, ternyata sepi juga tanpa canda tawa dari seorang temanku itu "kataku dalam hati".

Saat itu Angin bertiup pelan menghembus helai rambutku yang sedang asik berbincang dengan teman-temanku, tapi kemudian sebuah gelas putih yang kuletakkan diatas meja terjatuh dan terhempas ke hamparan tanah, seorang temanku berteriak "oi lihat itu lucky!!!", aku lalu menatap ke ujung pandangan, ternyata benar itu lucky, tapi ia sedang berjalan dengan siapa? kutatap saat itu ia sedang menggandeng seorang gadis. Kutatap perlahan ia berjalan ke arah ku. "Hallo semua!!!", teriak lucky. Aku terkejut sangat terkejut, "bukannya itu cewek keuangan yang menyiram lucky?", tanyaku dalam hati. "Nih kenalin Ria", kata lucky sambil tersenyum. Si cewek lalu berkenalan dengan ku dan teman-temanku. Setelah agak lama berbincang, lucky lalu berkata, "eh gw ke kantin dulu ya", katanya yang kemudian tersenyum kepadaku, sebuah senyuman yang agak aneh, antara bahagia dan kemunafikan, ah tapi aku tak terlalu dengan hal itu, yang penting temanku sudah bahagia, pikirku.

Semenjak lucky dekat atau mungkin pacaran dengan cewek itu, lucky sangat berubah, dia jarang ngumpul lagi denganku dan teman-teman, dan terdengar pula kabar lucky sering clubbing dengan pacar barunya.

Saat itu sore menjelang hampir dua bulan hubungan pertemanan ku dengan lucky tak ada komunikasi, padahal lucky adalah sahabatku tapi mungkin ia lebih memilih pacarnya daripada sahabatnya yang cupu ini. lembayung bersinar dengan indahnya, matahari perlahan meredup burung-burung berterbangan pertanda akan datangnya malam. Hp ku berdering begitu kerasnya, memecahkan lamunanku, ketika kujawab "hallo", "hallo ini arie ya?", "ya ini arie, ini siapa ya?", "ini ria...kamu tahukan?", "ya aku tahu ria, tapi ada apa ya?", kamu pernah ngelihat lucky ga? soalnya ga ada kabar dari dia!?", "loh bukannya dia sering jalan ama kamu?, aku aja ga tahu dia ada dimana sekarang", "ou...gitu ya...ya udah deh makasih ya"...tut..tut..tut

Aku bingung, sangat bingung...ada apa dengan si lucky sebenarnya, aku lalu memberanikan diri mendatangi tempat dimana si lucky biasa nongkrong baru-baru ini. Saat itu jam di tanganku menunjukan angka 11 pertanda hari telah larut, tapi suasana masih sangat ramai saat itu ketika aku sampai di tempat yang disebut orang-orang "club" atau apalah. mataku mencari-cari sosok sahabatku itu, tak sekilaspun mataku berkedip...kutatap ke seluruh pandangan, tapi kemudian pandangan ku terhenti, aku melihat seorang lelaki yang sedang asyik bermesraan dengan seorang cewek sambil memegang segelas minuman, laki-laki itu mirip dengan sahabatku itu "lucky". Aku lalu berjalan ke arah laki-laki itu, ternyata benar dia lucky. "Eh lo rie!!!!, hahaha...ternyata lo kesini juga!!, nih minum, kata lucky menyambutku. "Ga ky, gw cuma mau tahu aja keadaan lo gimana, anak-anak nyariin lo", jawabku. "Gw ya gini-gini aja rie, yuk happy rie!!!", teriak lucky yang terlihat mabuk. "Ky...tadi ria nelp gw nanyain lo, ada apa ky?", tanyaku. Tapi lucky menjawabnya dengan wajah yang sedikit marah..."Ah mampus aja tu anak!!!". Aku terdiam, beribu tanya di hatiku, "ada apa sebenarnya ini?"

Esok hari ketika matahari telah bersandar di tahtanya, aku membuka mataku dan bergegas ke kamar mandi. Namun ketika aku baru saja hendak melemaskan seruluh tubuhku yang baru tersadar, hp ku berdering. Saat kutatap hp ku itu, kulihat nomor yang sama dengan ria, aku lalu bergegas menjawabnya. "Hallo", "Hallo rie, apa udah ada kabar dari lucky?", "hmm...aku ga tahu lucky ada dimana ria, ntar dah kalo udah ada kabar dari lucky aku kasih tahu", "Rie...besok aku boleh ngobrob ama kamu ga?", "ngobrol aja sekarang...kan sama aja", "ga deh besok aja aku tunggu di kantin", "ok deh...". Aku lalu mengambil segelas yang berisikan air putih lalu kuteguk minuman itu, gundah yang kurakan perlahan menghilang...aku sangat bingung ketika itu..."apa yang harus aku lakukan?". Hari terasa berlalu sangat cepat...malam telah datang, bintang-bintang bertaburan memancarkan cahayanya yang begitu indah. Aku lalu mengambil kunci motorku dan bergegas ke club tempat lucky kemarin.

Saat aku sampai di tempat itu, terlihat senyum nakal seorang gadis menggodaku, tapi aku tak peduli...aku mempercepat langkahku mencari lucky. Tapi ketika aku telah bertemu dengan lucky, jawaban lucky selalu sama, "mampus aja tu anak". Aku sangat kecewa, sedikitpun usahaku ini tak ada artinya. Aku lalu pulang dengan rasa gundah di benakku.

***
Rintik-rintik hujan terjun ke bumi bagaikan terbang tanpa sayapnya. Dingin sangat dingin, membasahi daun yang telah mengering, ketika itu pagi, aku sedang memetik gitar tua yang tak pernah lagi kebelai. Aku teringat janjiku ke ria. Aku lalu bergegas ke kampus, walaupun hujan masih berterbangan di helai-helai udara.

Aku kemudian sampai di kantin dengan baju yang sedikit basahtapi aku tetap tersenyum "hai ria, udah lama nunggu? sorry hujan tadi", kata ku kepada ria yang telah terduduk sendiri. "Ah ga papa rie, tapi kamu kehujanan gini...harusnya aku yahng minta maaf udah ngerepotin", jawab ria. "Katanya mau cerita?, cerita apa nie?", kataku sambil bercanda. "Rie sebenarnya aku kangen dengan lucky, dia ga pernah ngabarin aku lagi". "Wah kangen? knapa ga nelp si lucky aja?", "Udah tapi hp nya ga pernah aktif", "emang udah brapa lama sih?", "Semenjak....", kata ria yang kemudian terdiam. Rasa penasaran terus menghantuiku, "semenjak lucky punya pacar baru?", kataku sambil tertawa. Aku terkejut sangat terkejut ketika air mata menetes dari pipi cantik ria. "Ria kamu kenapa? kamu kok nangis, ada yang salah dengan ucapan ku tadi ya?", kataku gundah. "Lucky berubah semenjak tahu kalau aku hamil!!!", kata ria sambil tersedu-sedu. "Ha hamil!!!", kataku bingung. "Ya aku hamil rie...aku bingung", "apa orang tua kamu udah tahu?", "hmm...ya...mereka udah tahu". Aku terdiam, tak ada kata yang mampu kuucapkan...beribu bimbang kurasakan saat itu, seorang sahabatku...

Ketika malam datang aku bergegas ke tempat lucky, kutemui dia...saat aku meliat lucky, kutarik tubuhnya yang telah mabuk itu..."eh ky...lo kenapa sih...si rie berulang kali nanyain lo!!!", kata ku sambil berteriak. "Ah mampus aja tu anak!!!", jawabnya sambil membentak ku. "Brengsek lo!!!", kata ku sambil menamparnya. "Lo tahu kan dia hamil!!!!, tega amat lo!!!". Lucky terdiam sejenak kemudian tertawa dengan kerasnya...."ha...haa...haa...gw kan udah pernah bilang ama lo!!! tunggu aja balasan gw ke tu anak!!!", kata lucky sambil tertawa. "Tapi ga gini caranya luck!!!
, lo ngerusak anak orang", bentak ku. "Justru ini tujuan gw pacaran ama dia!!!...hahaha...", jawab lucky lagi. "Lo emang kelewatan...lo ingat luck, ntar lo nyesel". "Gw ga kan nyesel rie...gw malah bahagia...kok malah lo yang sewot sih...lo aja yang pacaran ama dia sana!!!", kata lucky yang menatangku. "Brengsek lo!!". Aku lalu menariknya ketika tangan ku hendak memukulnya, seorang lelaki berbadan tegap memelukku dan mengusirku dari club itu, perasaanku bercampur ketika itu, marah, sedih dan kecewa. Aku terjatuh ketika pria bertubuh besar itu mendorongku ke tanah yang terhiasi bunga cantik yang berwarna putih, kulihat tubuhku berada diatas kuntum bunga itu, kutatap bunga itu terlah rusak dan mati karena ku.


Esok hari ketika gundahku masih memaksa ku untuk berteriak, aku menenangkan diriku dengan temaku, sebuah gitar yang terbaring kaku disebelahku. Kupetik gitar itu dan kemainkan nada-nada indah yang sedikit menghiburku. Tapi tiba-tiba hp ku berdering, kuliat ternyata hanya pesan singkat. Aku pun tak peduli dengan itu...aku terus memetik gitar tua ku itu. Ketika aku perlahan bernyanyi, rasa penasaran timbul dari benakku, aku lalu membuka isi pesan itu, ternyata dari ria, aku lalu membacanya...

rie...tadi lucky nelpon aku, aku bahagia rie...akhirnya dia ngehubungi aku lagi...walaupun dia tetap dengan keegoisannya yang tak mau bertanggung jawab dengan bayi yang kukandung ini...dia dengan lancarnya bilang 'Gugurin aja tu anak, aku ga mau punya anak!!!"...aku bingung rie, daripada aku harus menggugurkan anak ini yang merupakan anugrah dari tuhan...lebih baik aku pergi darinya...

Aku terdiam merenungkan isi sms itu...tiba-tiba hp ku berdering lagi, sebuah sms lagi dari ria, aku lalu bergegas membaca isi sms itu...

aku ga tahan dengan cobaan ini rie...orang tua ku!!!aku udah membuat semuanya malu...mungkin ini adalah sms terakrih dari aku rie...makasih udah mau mengerti dan mendengar curhatan aku...aku titip lucky rie


Aku terkejut membaca sms itu...Apa maksud dari sms ini?!!!, apa ria senekat itu?!!!...aku lalu menghubungi ria, tapi hp nya ga aktif. Langkahku bergegas ke kampus...kucari teman-temanku...ternyata benar, teman-temanku sedang sibuk bercerita tentang ria, ketika itu 2 jam berselang setelah ria mengirim sms kepadaku, "Rie lo tahu ga? rie minum racun...sekarang dia di ugd...", kata tio. "Ha...bener tu!!!", "ya rie...", "yuk kita kesana"...kami lalu menuju rumah sakit tempat ria dirawat.

Air mataku tak mampu kebendung, menetes dari pipiku ketika melihat ria terbaring lemas diatas kasur yang beralaskan sprei warna putih itu. Tapi aku terkejut ketika seorang laki-laki tua menghampiri dan langsung menamparku, "Kamu yang namanya lucky ya!!!, brengsek kamu!!!", "Om tenang dulu...saya buan lucky, saya arie...", kataku sambil menahan rasa sakit di pipi ku. Ou rupanya laki-laki tua itu adalah ayah dari ria...ia lalu terdiam dan terduduk di lantai sambil menetesan air mata. "Maap...saya kira kamu lucky...laki-laki bangsat yang udah membuat anak saya seperti ini!!!", "ga papa om...", jawab ku. Ketika suasana terhening, terdengar pelan suara ria "Lucky...lucky...", aku semakin tak tahan dengan kepedihan itu...aku lalu meninggalkan teman-temanku dan ria, maksudku ingin mencari lucky. Aku menuju ke rumah lucky, tapi aku tak menemuinya...aku terus mencarinya ketika itu dengan penuh gundah tapi aku tetap tak menemuinya. Ketika malam datang, aku tahu dimana satu-satunya tempat aku bisa menemi si lucky...aku lalu mendatangi club itu lagi, ternyata benar...lucky telah ada disana...aku lalu menghampirinya..."Ky...lo harus ketemu nia!!!", "lo lagi rie...mak bapaknya aja ga ada nyariin gw, kok lo semangat amat sih!!!", sindir lucky. "Ky lo sebenarnya sayang ga sih ama si ria?", "Mana ada gw sayang ama tu anak!!! gw cuma dendam", "Ou jadi lo selama ini ga sedikitpun sayang ama dia?, gimana kalau dia udah ninggalin lo ky", kataku. "Terserah kalau dia mau mutusin aku, justru gw senang putus ama dia". "Gimana kalau dia ninggalin lo selamanya", kataku sambil menatap mata lucky. "Selamanya?!!", tanya lucky bingung. "Lo tahu...tadi pagi ria nekat minum racun karena lo!!!, kalau lo masih sayang ama dia, ayo ikut gw ke rumah sakit...tapi kalau lo ga mau juga ga papa", kata ku. Lucky lalu terdiam, aku lalu melangkahkan kaki ku perlahan. tapi tiba-tiba lucky berlari mengejarku "serius lo ria sekarang di rumah sakit?", "ya sekarang dia lagi kirtis!!!". Terliat air mata menetes dari pipi lucky, ternyata lucky masih menyayangi ria, tapi tertutupi karena dendamnya yang membuatnya khilaf. Kami lalu bergegas ke rumah sakit...di perlanan lucky bercerita kepadaku..."sebenarnya gw sayang ama ria, tapi...gw kesel ama kelakuan dia dulu itu...tapi gw ga balakan nyakitin dia lagi...gw mau kok tanggung jawab...", kata lucky dengan wajah yang bimbang.

Ketika kami tiba di rumah sakit lucky berkata lagi "Rie ntar lo yang jadi saksi kalau gw nikah dengan ria ya', kata lucky sambil bercanda, tapi tiba-tiba aku sangat terkejut ketika mendengar suara tangis yang begitu keras, lucky lalu berlari ke arah tempat tidur ria...lucky melihat ria sudah terbujur kaku...hanya sebuah senyum yang hampa menghiasi wajah ria...tangisan lucky tak mampu dibendungnya..."ria!!!maafin gw!!!gw mau jadi bapak dari anak kita!!!", kata lucky sambil berteriak...air matanya terus menetes tak henti membasahi bumi...lucky kemudian menggengam tangan ria...dikecupnya tangan yang sudah kaku itu...lucky terdiam sesaat ketika melihat tangan ria masih memegang kalung yang berhiaskan angka "L"...lucky lalu berjalan ke arahku..."gw nyesel rie...gw udah nyia-nyiain dia...kalung ini masih dia genggam sampai dia ningalin aku selama-lamanya...kalung ini pemberian aku rie, saat itu aku bilang ke ria , jaga kalung ini...kalung ini tanda cinta aku ke ria selamanya...", kata lucky sambil menangis. Aku hanya terdiam mendengar kata-kata lucky, tak ada yang mampu ku ucapkan...hanya air mata yang menetes dari pipiku...

Semua telah terlambat, saat dendam telah meracuni...penyesalan pun datang ketika nyawa telah menjadi taruhannya.

Sebuah Senyuman

Sebut saja namanya doni. Doni adalah seorang yang sangat pemalu dan juga seorang pria yang berwajah cakep alias ganteng. Banyak cewek yang ingin memilikinya. Tapi tak satupun yang berhasil menaklukan hati dari doni. Hingga suatu ketika seorang cewek yang baru pindah dari sebuah ke kota ke sekolah doni sedikit menjadi bahan pembicaraan di sekolahnya. Karena sang cewek yang bernama alisa ini sangat cantik, begitu kata teman-teman doni. Tapi doni tetap menjadi seorang lelaki yang kalem dan pendiam. Angin bertiup kencang ketika air hujan turun membasahi siang itu. Terlihat doni sedang duduk termenung di unjung pandangan. Alisa berjalan di depannya, dan doni perlahan menatap wajah alisa yang sangat cantk itu. Sebuah senyuman keluar dari paras cantik alisa. Namun tiba-tiba, bagaikan bersayap, sapu tangan yang dipegang oleh alisa terjatuh tepat di depan doni. Doni pun langsung mengambil sapu tangan itu.

Tak sengaja doni memegang tangan alisa yang juga ingin mengambil sapu tangannya. "Maaf", kata doni yang terlihat malu kepada alisa. Alisa hanya menjawab dengan sebuah senyuman cantik di wajahnya. Alisa pun langsung berjalan meninggalkan doni.

Saya tau apa yang dipikirkan oleh doni, sebuah kekaguman terhadap seorang cewek yang telah menaklukkan hatinya.

Hari berganti hari bulan pun terus berlalu, hampir 4 bulan doni terus menyimpan rasa kepada alisa, tapi tak mampu tuk diutarakannya. Hingga suatu ketika, saat itu adalah hari pergelaran kesenian di sekolah mereka. Doni memberanikan diri untuk mengajak alisa untuk menonton acara tersebut. "Duh aku ga bisa don, aku udah ada janji dengan orang lain", jawab alisa kepada doni. Dengan wajah yang gundah doni berjalan, tak ada senyum di wajahnya.

Malam pun datang, doni datang ke acara kesenian di sekolahnya bersama teman-temannya. "Eh doni itu kan alisa!!!", kata teman doni kepadanya. Doni lalu berlari ke arah alisa, "katanya kamu ga bisa datang?", tanya doni kepada alisa. "Aku kan bilang aku udah janji ama orang lain, bukan aku ga bisa datang", jawab alisa. "Emang kamu ke sini ama siapa?", tanya doni lagi. "Tuh", tunjuk alisa. Doni melihat seorang lelaki yang sedang bernyanyi di atas pentas. Dengan sedikit sedih doni menjawab, "ou ya udah met fun aja ya", kata doni. Lagi-lagi doni berjalan dengan kesedihan di hatinya, mungkinkah ini balasan dari dirinya yang selalu menolak banyak wanita?.

Malam itu suasana terlihat sangat meriah dan ramai, wajah gembira terpancar dari para murid yang hadir saat itu. Tapi tidak dengan doni yang hanya murung, ntah apa yang dipikirinnya. "Udah la don, ngapain lo kaya gini?!, masih banyakkan cewek lain?", kata seorang teman doni yang ingin menghibur perasaannya. Tapi doni hanya terdiam.

"Yuk kita sambut alisa!!!!", kata pembawa acara saat itu. "Don alisa nyanyi, wah hebat yah udah cantik, pinter nyanyi lagi", kata seorang teman doni. Doni langsung menatap ke arah alisa yang perlahan berjalan ke atas pentas. "Lagu ini saya tujukan kepada seorang yang selama ini saya kagumi. Penonton lalu bersorak mendengar kata dari alisa itu, "siapa tu!!!?!!!?". Alisa kemudian langsung bernyanyi, sesaat alisa sedang menikmati nyanyiannya, tiba-tiba seorang lelaki datang menghampirinya dengan bunga di tangannya. Alisa menerima bunga itu dengan senyum di bibir mungilnya.

"Emang aku ga pantes buat alisa", kata doni dalam hati. Doni pun berjalan perlahan dengan gundah di hatinya. "Don lo mau kemana!!!", teriak teman doni. Tapi doni seakan tak mendengar perkataan dari temannya itu dan terus berjalan. "Doni!!!", terdengar suara seoarang cewek yang memanggil dirinya. Doni lalu menatap arah suara tersebut. Doni melihat sosok alisa sedang menunggunya dari kejauhan. "Ada apa alisa?", tanya doni?. "Kamu tahu tadi aku nyanyi buat siapa?", tanya alisa. "Buat aku?", tanya doni dengan perasaan yang super PD!!. Alisa tersenyum dan berkata, "bukan doni, lagu tadi buat teman kamu", Jawab alisa. Wajah doni yang awalnya terlihat bahagia berubah gundah dan marah, tapi tak bisa diungkapkannya. Doni langsung berjalan meninggalkan alisa, sambil berkata "ou gitu...ntar aku sampaiin".

Namun sesaat doni berpaling dari alisa, alisa memanggilnya lagi, "doni!!!". Tapi doni tetap seakan tidak peduli.

Hari berganti dan terus berganti, terdengar kabar di sekolah doni bahwa alisa sang bidadari sekolah akan pindah sekolah lagi. Malam itu doni sedang berkumpul dengan teman-temannya, "don alisa bakal pindah sekolah 3 hari lagi, besok malam kan ada acara amal sekolah, nah gua yakin alisa nyanyi lagi, lo ungkapin donk perasaan lo!!!, jangan diem kaya gini!!!". "Ah dia udah punya pacar sob!!!", jawab doni.

Esok pun tiba, ketika malam menjelang, ternyata benar alisa nyanyi pada malam itu. "Yuk kita sambut alisa". Terdengar suara cantik alisa secantik wajahnya. Malam itu alisa menyanyikan sebuah lagu, pelukalah diriku dan jangan kau lepaskan ku (pasti pada tahu ya). Setelah alisa berhenti bernyanyi, pembawa acara bertanya kepadanya, "lagu tadi buat siapa tuh lisa?", "Lagu tadi buat seorang yang sangat special buat aku", jawab alisa. Mendengar perkataan alisa itu doni seakan ingin menangis, memang doni bukan seorang yang cengeng tapi, semua pasti melakukan hal yang sama jika seorang yang sangat dicintainya telah ada yang memiliki. Doni lalu berjalan ke arah alisa, dan naik ke atas pentas. "Boleh gua nyanyi?", tanya doni kepada pembawa acara. Pembawa acara yang juga teman doni langsung mengizinkan doni untuk bernyanyi. Doni langsung mengambil gitar dan bernyanyi, "Dewi berikan nafasmu untukku" (pasti tahu lagu alexa). "Wah...doni!!!", begitu teriakan pembawa acara setelah doni selesai bernyanyi. "Lagunya buat siapa doni?", tanya pembawa acara. "Lagu ini buat seorang yang telah memiliki tapi aku masih sayang ama dia". Penonton dan teman-teman doni langsng berteriak mendengar perkataan doni. "Apa lagu tadi buat aku?", tanya alisa. Doni hanya terdiam. Alisa pun berkata lagi, "kamu tahu doni, setiap aku nyanyi lagu itu aku tujukan buat siapa?", kata alisa. "Bukan buat aku kan?, yah pasti buat orang yang kamu sayangi aja", jawab doni. "Emang bukan buat seorang yang namanya doni, tapi seorang cowok yang namanya dodon", lanjut alisa. Wajah doni langsung memerah mendengar alisa, karena dodon itu adalah panggilan doni di keluarganya dan di teman-teman dekatnya. Doni langsung berjalan ke arah alisa dan...PEnonton mulai bersorak-sorai melihat doni dan alisa. "Berarti...", kata doni. Alisa langsung menutup bibir doni dengan jari telunjuknya. "Ya orang yang aku sayang itu kamu doni...", kata alisa. Doni langsung memeluk alisa seakan hanya mereka berdua yang hadir malam itu. Malam itu adalah malam yang sangat berarti bagi doni dan juga alisa. Sungguh bahagia bukan...The end.

cerita cinta.

Awal berseminya perasaan........!!!
Waktu bergulir terasa begitu cepat dengan angin yang bertiup sepoi serasa menyisir helai-helai rambut. Adit berjalan dengan penuh riangnya menyambut hari-harinya yang penuh dengan misteri perasaan di hatinya. Dengan langkah tegap dia menyapa teman-temannya, selamat pagi teman-temanku tercinta.!!! Ha…ha..ha..seraya teman-temannya pun tertawa dengan raut ledekan kebiasaan mereka. Gimana friend penampilanku menyakinkan bukan, adit mencoba menunjukkan kedewasaanya dalam berpenampilan. Apanya yang menyakinkan yakin malu-maluin iya..ha..ha...ha saut temannya. Wah kalian ngledek terus nih dukung dong temen yang mau tampil lebih baik, ok lah kami dukung kok tapi tunggu yah ga biasanya kamu tampil rapih gini pasti ada sesuatu. Yah benar saja ternyata ada seseorang yang membuat adit tak sanggup memalingkan pandangannya setiap kali dia bertemu. Cewe itu bernama dewi isnari teman satu kelasnya di tempat kursusnya, namun adit lebih asyik memanggilnya ..iis. Sudah beberapa hari ini adit memperhatikan iis sejak mereka tak sengaja bertatapan sewaktu kegiatan dikelas. Tak lama kemudian iis berjalan menuju kelas adit pun menatap dengan pesonanya tatapannya tak lepas sampai iis masuk kelas, teman-temnnya pun mulai curiga. Woi ada apa dit kok kamu ngliatin dewi sapaan teman-teman adit kepada iis. Ah gapapa kok, alah ngaku aja kamu suka ya ama dia enggak kok tapi iis kan cantik.. hah siapa iis hanyo mulai ga bagi-bagi cerita yah..bukan siapa-siapa kok. Adit sedikit tenang teman-temannya tak paham bahwa iis sebenarnya adalah dewi.

Waktu semakin siang materi kursus pun akan segera dimulai, dengan bergegas adit dan teman-temannya masuk ke kelas, namun adit terlihat berbeda lirik tatapannya terus menuju ke iis. Tak lama pengajar kursus pun datang, dengan hikmah adit menikmati materi dan menatap ke elokan wajah gadis pujaannya. Setelah beberapa jam waktu belajar hari ini pun selesai, tak lama setelah teman-teman adit pulang adit bergegas menghampiri iis. Hay… iis ya.. dit kamu seneng banget panggil aku iis gak kaya temen yang lain, yah biar simpel aja dewi eh…iis. Dengan senyum iis menatap siapa sih dit iis, iis tuh pendiem, cantik dan ngertiin banget kalo aku salah pasti di nasehatin..hmm iis yah kamu itu. Ah bias aja kamu dit aku biasa aja kok enggak kamu special buat aku, hmm terus ngerayu yah. Ada apa dit aku mau pulang nih, nah kebetulan aku anter yah..hmm gimana yah aku dah janji nih ma pacar ku?! Adit hanya terlamun mentatap iis, hey..door!!! he..he… aku becanda kok, boleh kok sekalian pulang kebetulan aku pulang sendiri nih. Adit terkejut hampir saja penantiannya sia-sia, dengan muka semangat adit mengantar iis pulang.
Sembari di jalan adit mulai kebingungan mau ngomong apa tapi tiba-tiba ada ide karena mereka kursus komputer pemrograman adit mengajak iis jalan cari buku software. Iis adit mulai bertanya, iya dit apa? Sabtu besok kamu ada acara gak, enggak dit kalo sabtu aku nyante-nyante aja dirumah sambil baca-baca aja. Nah kebetulan tuh kita cari buku yuk..gimana yah tapi aku gak janji ya dit aku ijin dulu yah. Iya deh iis tapi usahain bias yah ..he..he..alah kamu nih belum juga aku minta ijin ya deh aku usahain besok aku minta ijin, ok mas adit..wah..wah sejenak hati adit melayang-layang gadis pujaanya menyapa dengan panggilan mas, adit mulai optimis dengan harapannya. Kenapa dit..ah gapapa iis. Tak lama adit tiba dirumah iis, makasih yah dit mampir gak? Engga dulu iis besok-besok aja yah. Iis jangan lupa besok yah…iya mas aditku..wah adit semakin bangga dengan perasaannya, ya udah aku pulang dulu yah, iya makasih yah.
Dijalan adit pun tak bisa menahan perasaan senangnya, betapa harunya dia mendengar sapaan iis. Sesampai dirumah adit tetap tersenyum-senyum terus, malampun menjelang dia pun tak mampu memejamkan mata teringat akan kata-kata iis tadi siang. Hatinya mulai bersenandung bak pujangga yang menghujani dewi asmara dengan kata-kata puitisnya.
Pagi ini terasa berbeda dengan biasanya aku merasa dunia begitu luas penuh dengan senyuman dan lebarnya harapan adit mulai beranjak dari tempat tidurnya. Kebiasaan yang tak pernah dilewatkan adalah sarapan pagi bersama keluarga, pagi semua…! Sapa adit…tak lama ibunya membalas..wah tumben nih jam segini udah rapih nak, hal apa yang bikin akmu berubah gini. Enggak ko bu..aku pengen lebih baik aja menyikapi hari-hari ku. Syukur lah nak kamu memang harus begitu beri contoh yang baik pada adik-adik kamu dari hal yang kecil mulailah untuk disiplin, disiplin modal utama buat masa depan kamu tantangan di luar akan begitu besar jadi harus kamu siapkan dari sekarang nak, sambut ayah adit. Insya alloh adit akan pegang amanah ayah dan ibu. Adit mulai berfikir dalam hati, apakah aku sudah bisa jadi contoh buat adik-adik aku? Atas dasar apa aku berubah seperti ini? Adit mulai menyimpan senyumnya dan memulai sarapan pagi.
Waktu telah beranjak siang adit telah siap berangkat ke tempat kursus, di jalan dia mulai berfikir lagi tentang perkataan ayahnya. Adit mulai membuka hatinya dia bersyukur telah ada seseorang yang mampu merubah hidupnya, adit pun bulatkan tekatnya untuk benar-benar berubah bahwa dengan niat yang baik insya alloh akan menuai kebaikan. Tak lama adit sampai di tempat belajarnya teman-temannya telah menunggu di dalam kelas. Dari arah kelas gadis pujaan adit telah menunggu di samping pintu, pagi dit..pagi juga iis..gimana dit dah belajar hari ini kita kan tuntas modul 1, oh memang dah selesai semua? Iya lah dit hari ini kita kan ujian praktek, hayo kamu ga belajar yah pasti mikirin aku.he…he… hmm kamu nih iis aku dah belajar kok, adit pun tersenyum malu padahal waktu semalam habis memikirkan iis, adit sedikit terkejut mulailah hatinya merajut lamunan benar ga yah iis juga ngrasain apa yang aku rasain? Dit …dit …hello, eh…iya iis maaf kenapa gapapa, aneh kamu dit yuk masuk dah mau mulai jam praktek nih.
Pukul sebelas tiga puluh adit keluar dari kelas, begitu juga yang lain tak lupa sang pujaan pun keluar. Giaman iis bisa gak, alhamdulilah dit insya alloh bisa, kamu gimana? Lumayan iis..he..hee..ah kok lumayan sih harus bisa donk kalo kamu ngulang ntar aku tinggal lho..he..he..engak dit becanda kamu pasti bisa dit, makasih iis. Mulailah mereka berjalan adit mulai menagih janjinya, iis gimana bisa gak nanti sore, iya dit bisa kebetulan nih aku mau belanja juga disuruh ibu mau yah anter aku. Wah..wah adit dengan tegas langsung menjawab pasti..is aku bisa. Hmm…dasar adit..sapa iis, makasih yah dit..iya sayang..apah??? ngomong apa kamu dit..enggak iis kamu salah denger, al..ah ngomong apa hayo…? Gini is aku bilang sayang, iis terlamun sejenak..sayang maksudnya apa dit? Ya sayang…lah kamu nih bikin penasaran aja. Udah..udah ga usah dipikirin…uuuhhh ya udah, aku pulang ya dit nanti jangan telat jam dua awas lho telat, ok iis sayang gumam adit dalam hati.


Panah asmara adit......
Jarum jam telah menunjuk pukul dua adit telah siap menjemput iis, tiga puluh menit kemudian sampailah adit dirumah iis, hey..iis menyapa dari arah pintu dah siap dit langsung yuk, aku pamit dulu yah. Lamunan adit mulai terbayang di atas sepeda motor jantung yang berdetak kencang menambah getar hatinya, adit berfikir harus ada waktu yang tepat hari ini juga harus ku ungkapkan perasaanku. Dit..iya iis kok kamu diem aja, iya nih iis grogi.he..he..biasa aja lah dit kita kan temen jawab iis, iya kan dit..iya iis. Mulai ada pikiran ragu dalam benak adit mungkin ga yah iis mau nerima aku, tapi pokoknya aku harus ngomong nanti. Iis mau kemana dulu nih? Belanja aja dulu ya dit nanti belanjaanya di titipin deh soalnya nyari buku kan lama dit.
Sembari menemani belanja adit berfikir cara bagaimana menyampaikan perasaanya. Dit…, iya is udah yuk dah semua nih kita tinggal cari buku aja. Masih aja adit melamun bagaiman…bagaimana dan bagaimana? Cara ngungkapin ke iis. Jangan bengong lah dit bantu dong cari buku buat materi ujian besok, oh..iya iis di sebelah sana tuh tempat buku-buku software. Lama mereka berbincang sambil mencari buku, tak terasa sore telah menjelang. Dit dah sore nih pulang yuk dah dapet kan bukunya, iya nih iis dah sore juga yah. Jantung adit mulai berdebar kencang waktu semakin sempit buat ngomong sama iis. Tapi iis…kenapa dit? Nih kan dah mau malem makan dulu yuk sekalian aku juga pengen ngom nih. Mmm…boleh dit tapi jangan kemaleman yah nanti ibuku marah dah ditunggu nih, mang mau ngom apa sih dit..? ada dehh…!! mulai nih adit tebak-tebakan yah. Pokoknya ada lah iis, ya udah yuk dit cepet dah mau magrib juga nih tapi sholat dulu ya dit, iya iis.
Tibalah saat-saat yang mendebarkan, dit makan nasi goring aja yuk? Boleh iis. Sesampainya di tempat makan adit mulai berkata pada iis. Iis boleh akn aku ngomong? Boleh aja dit mau ngomong apa nih serius banget. Yah bener banget iis ini serius banget buat aku, aku harap kamu juga serius menanggapinya..yah. adit-adit biasa aja lah jangan gugup gitu, dah cepet ngomong. Mmm…mmm..gimana yah??? Lah kamu dit tadi dah gugup sekarang Cuma ammm…ammm aja, bentar yah iis. Adit sadar dia susah buat ngomong idenya pun muncul diambillah sehelai kertas putih. Iis.. ya dit. Kamu lihat ini apaan? Kertas kosong dit, baliknya? Juga kosong dit. Yah bener is sama seperti hatiku, lama sudah hatiku merasa kosong tanpa ada seseorang yang mengisi hari-hariku, seperti kertas putih ini kosong tanpa bergaris. Mau kah kamu iis menggoreskan makna dalam hatiku, maksud kamu dit? Iis mulai bingung dengan anggapan adit. Mungkin kamu tak pernah tau apa yang terjadi dua tahun yang lalu, aku sempat menatap wajah elok seorang gadis dan dengan lugu dia menundukan wajahnya. Aku tak pernah tau siapa dia bahkan namanya aku tak pernah dengar, namun dia mampu membongkar kebekuan hati ini. Aku ingin memilikinya menjadikannya arti dalam hidupku tapi aku tak pernah bisa bagaimana dan seperti apa harus ku katakan padanya.
Semua ku simpan rapih hingga kini dua tahun kemudian dia telah berada di dekatku dan akupun telah mengenalnya “dewi isnari “ nama yang lama ingin ku ketahui. Iis maukah kamu menjadi pilihanku mengisi hatiku dengan ketulusan dan keluguanmu, maukah kamu jadi pacarku iis? Iis terdiam dan memikirkan perkataan adit, dit benarkah yang kamu ucapkan itu? Ucapan hanyalah cara langkah agar kamu tau iis, itulah kenyataan yang ku rasakan selama ini hingga aku bisa berkata seperti apa yang kau dengar. Tapi dit, apa kamu yakin dan mampu menjalani apapun yang akan terjadi nanti? Beri aku harapan iis biarkan aku mencoba menjalani apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi nanti, aku janji iis. Baiklah dit tapi aku minta beri aku harapan jangan janji yang hanya engkau ungkap karena janji bisa saja di ingkari kita tak pernah tau apa yang akan terjadi dit, namun harapan mampu merubah apa yang telah terjadi dan mengokohkan janjimu itu. Lalu bagaimana jawaban kamu iis? Iya dit aku mau, aku senang menjadi pilihanmu dan aku mau menjalani semua denganmu dit. Adit terpana mendengar perkataan iis rasa bahagia pun menyelimuti hatinya. Benar iis? iya mas adit..makasih ya iis aku seneng banget lama aku menunggu dan kini aku bisa merasakan apa yang menjadi harapanku. Iya…iya..udah dit bersyukurlah pada tuhan karenanya kita bisa bertemu kembali, iya iis aku bersyukur mudah-mudahan aku bisa menjaga kesempatan ini. Ya udah dit makan yuk dah malem nih ibu dirumah dah nunggu. Iya maaf iis jadi kelupaan gini, yuk makan terus aku anter kamu pulang.
Seusainya adit mengantar iis pulang dan jam delapan tiga puluh malam adit tiba dirumah iis. Dit, makasih yah..sama-sama iis aku seneng banget mala mini, iya dit aku juga seneng. Aku masuk dulu ya dit ga enak dah malem nih, iya iis aku pulang yah, hati-hati di jalan dit sampe rumah istirahat yah. Iya sayang..hee…hee alah kamu mulai deh adit tapi gapapa aku juga seneng kok. Hmmm…kamu juga sama bilang aja pengen di panggil sayang iya kan!! Yeee…kamu nih dah sana dah malem nih, iya pulang dulu yah..iya hati-hati dit.

Perjalanan Cinta....
Malam berparas dengan rona sinar rembulan menggambarkan kebahagiaan mereka, dengan apa yang telah terjadi. Hingga ke esokan hari kembali menentukan langkah mereka.
Aku terbangun dari hatiku yang telah lama terlelap, aku tersenyum setelah sekian lama termenung kini tatapnya telah ada di hadapanku, ijinkan aku menikmati anugerah yang engkau berikan tuhan hanya engkau yang mengerti apa yang akan ter’takdir kepada kami dan hanya kepadamu aku memohon petunjuk berilah hati ini ketulusan dan kejujuran untuk mencintainya tanpa mengurangi cintaku padamu.
Seperti biasanya adit harus berangkat ke tempat belajarnya hari ini adalah ujian tutup modul yang kedua. Sesampainya adit menyapa teman-temannya yang asik belajar di depan ruang kelas, pagi semua… eh..adit tumben agak siangan iya tadi kesiangan bangunnya, giamana nih ujian? Ya ujian lah di kerjain masa iya tidur..haa…haaa… tawa teman adit. Sial…, kamu tuh yang sial dit dah tau ujian masih ngomong..ha..haa… dan dari jauh iis datang tetep dengan senyumnya yang ramah. Pagi semua…pagi dewi..sapa teman adit hanya adit yang menyapa dengan panggilan iis, pagi iis.. wah…wah kok iis kayanya kalian akrab banget nih hayo ngaku aja sekarang mumpung masih pagi kalian pacaran yah??? Saut teman adit dan adit hanya terbengong sementara iis hanya tersipu malu lalu masuk kelas. Ngaku aja dit?? Saut temannya lagi… ok deh iya ku mang pacaran ma dewi nah iis tuh dewi yang dua tahun lalu aku ngliat dia waktu pergi ma kalian. Oh..oh..itu toh iis sambut teman adit.
Tak lama setelah ujian iis menghampiri adit, hey dit…hey..iya iis dah makan belum dit? Aku dah sarapan di rumah tadi, mau ga temenin aku makan? Boleh aku juga haus nih. Sambil makan mereka asyik mengobrol namun tiba-tiba iis termenung dan adit pun mulai heran sepertinya iis ingin mengatakan sesuatu. Iis kamu kenapa tiba-tiba diem gitu? Dit mungkin gak yah kita bisa kayak gini terus? Kamu kenapa iis ada masalah atau aku salah ngomong? Enggak dit aku baik –baik aja kok, lalau kenapa kamu ngomong gitu? Enggak dit, udah ga usah dipikirin. Jangan gitu dong iis aku jadi ga enak nih rasanya spertinya kamu sembunyiin sesuatu. Enggak dit udahlah. Iis tersenyum untuk menyembunyikan kegelisahannya kepada adit.
Dit, ga kerasa yah dah tutup modul habis itu kita tinggal dapet materi ketrampilan dan selesai deh dari sini. Ini kan baru dasar dit habis selesai dari sini kamu mau kerja atau kuliah nih? Aku sih pengen kuliah iis kalo kamu gimana? Aku ga tau dit, lho kenapa? Yah bingung aja kakak’ku pengen aku tinggal ditempatnya dan kalo pun aku mau kuliah juga harus disana. Mang kakak kamu dimana iis? Ada deket ko dit, iis terpaksa bohong kepada adit bahwa sebenarnya kakak iis jauh dari kota mereka , iis tak mau membebani adit karena sebentar lagi mereka ujian akhir dan adit harus kuliah. Oh..gitu terus kamu mau disana iis, kemungkinan besar iya dit. Jangan lupain aku ya iis kasih kabar yah nanti biar aku tau sapa tau bisa bareng lagi..hee..hee. iis tersenyum sendu melihat wajah lelaki yang membuatnya merasa bahagia menjalani kehidupannya.
Waktu yang terasa begitu cepat mereka terus bersama saling berbagi, member dan menjaga hingga tiba saatnya waktu yang terasa sendu untuk dilewati. Ujian pun telah berlalu dan mereka telah menyelesaikan waktu belajar bersama. Dit, ga tersa yah sekarang udah lulus. Iya iis cepet banget yah, dit..iya. aku mau ngomong sesuatu nih, boleh iis. Tempo hari aku dah pernah ngomong dit ma kamu bahwa aku harus tinggal di tempat kakaku, iya iis kamu jadi disana? Jadi dit dua minggu lagi aku berangkat, wah boleh dong aku anter? Ga usah dit jauh. Lho kata kamu deket, engga dit ku bohong tempat kakaku jauh di sana dan jauh dari tempat kita bersmaa. jauh banget iis?, terus gimana dengan kita iis? Dua tiga tahun aku baru pulang tapi aku ga janji dit mungkin bisa lebih, mata iis mulai berkaca-kaca menatap adit dan butiran air mata pun menetes di pipi iis. Kamu masih mau kan iis melanjutkan apa yang telah kita bina meskipun jauhnya jarak, iya dit. Iis menganggukkan kepala sambil berlinangan air mata. Adit pun mulai merintih menghadapi apa yang akan terjadi nanti dan adit terus menyakinkan iis. Iis, lihat aku tatap mataku iis air mata yang menetes bukanlah apa namun hatiku terus memeluk jiwamu sesuatu yang sangat berharga yang pernah aku miliki, angkat jari manis kamu iis aku ingin terus bersamam mu apapun yang terjadi meski jarak akan melonggarkan tatapan kita tapi tidak untuk cintaku padamu iis, genggamlah cintaku disana nanti iis. jangan biarkan ruang waktu menghalanginya dan jangan lupakan aku iis. iya dit aku akan terus coba mencintaimu dari jauh dan merasakan dalam hati yang paling dekat seperti saat ini saat-saat yang kita jalani bersama. Iis…tengoklah hari esok akan lebih indah kebersamaan kita, akan lebih indah apa yang pernah kita jalani jika kita mampu melewati ini semua, bentangkanlah harapanku dan harapanmu dalam satu garis saling percaya dan mengerti. Jadikanlah beban sebagai ujian dan jadikan janji sebagai amanah hidup yang fana ini dan jangan pernah sesali karena jalan hidup tak pernah bisa kita tentukan.

Cinta adalah semenanjung harapan, ladang untuk berbagi…
Musim untuk bersemi dan ikrar untuk berjanji…
Ucapkanlah karena ikhlasmu, rasakan dengan tulusmu…
Dan terima karena takdirmu....

Dua minggu pun telah tiba, saatnya iis meninggalkan kota tercinta dan kekasihnya. Dit..hati-hati yah jaga dirimu baik-baik disini lanjutkan masa depanmu, gapailah apa yang kamu inginkan. Iya iis, kamu juga yah jaga diri baik-baik ingatlah apa yang kamu mampu ingat dan biarkanlah apa yang tak pernah mampu dan diluar batasmu, iis aku sayang kamu jangan lupakan aku yah..iya dit aku juga sayang kamu, aku akan sangat merindukanmu dit. Aku juga iis, udah dit jangan kamu teteskan air mata kamu! Biralah iis air mata ini menggenangi gerimis di hatiku.

Jauhnya jarak dan kebimbangan....
Tidak mudah menerima keadaan namun lebih berat lagi untuk menghindari keadaan, itulah hal yang dirasakan adit. hari-hari terus dijalani satu bulan sudah jarak memisahkan iis dan adit. kini adit telah melanjutkan pendidikannya di universitas, satu bulan pertama mereka masih baik dalam berkomunikasi dan tetap berbagi meskipun jauhnya jarak yang terbentang. Namun tak pernah disangka dua bulan kemudian badai mulai berbaris mengguncang hubungan mereka.
Sore yang melelahkan buat adit selesai kuliah dia berniat menghubungi iis, sambil berbaring melepas lelah adit menelpon iis, namun tak diangkat oleh iis sementara senja semakin gelap di sore itu adit putuskan untuk sms saja agar iis membalas jika sudah tidak sibuk nanti. Selepas makan malam adit santai sambil mendengarkan musik berharap iis membalas smsnya. Jam Sembilan malam adit mulai gelisah sms tak kunjung di balas iis hingga mata terpejam adit tetap menunggu. Saat adit membuka mata adit tersenyum melihat di layar hp tercantum sms dari iis tetapi adit terdim setelah membaca isi sms dari iis. Dit, apa kamu ga ngerasa bosen tiap saat sms aku terus? Maaf dit aku ga angkat telpon dan baru bales sms kamu, aku ga mut buat ngomong dan nulis sms. Apa baiknya kita batesin waktu buat sms’san dan telpon?
Kok kamu ngomong gitu sih? Apa kamu ga pengen saling tau kabar kita, kenapa sih mesti ga mut iis? entah apa yang terjadi iis membalas hingga adit merasa tak lagi seperti dulu. ‘ya udah lah dit, terserah kamu baiknya gimana? Badai pertengkaran pun melanda hingga adit membuat keputusan, ‘baiklah iis kita batasi saja dua kali satu mingga aku sms dan telpon yah. Ya udah dit, makasih yah aku istirahat dulu yah…iya iis sama-sama.
Berat bagi adit menjalankan keputusannya karena rasa cintanya dia tak ingin kehilangan kabar iis walau sekejap saja. Apa aku salah berusaha menjaga hubungan dan komunikasi dengannya? Apa aku terlalu berlebihan mencintainya? Aditpun merenung dalam hati, mencoba memahami maksud iis.
“Hati tak mampu bercermin pada kaca, hati bercermin pada kata dan perbuatan hal yang terbaik mungkin jalanilah dengan apa adanya, meskipun tangan tak berjabat dan wajah tak bertatap hanya lewat hatilah aku berharap”.
Begitulah terus dijalani hingga beberapa bulan kemudian mereka kembali seperti biasa tak ada lagi batas untuk berkomunikasi. Hingga suatau hari prahara kembali menimpa mereka, hujan yang terus mengguyur kota diamana adit menggali mimpinya sepertinya suasana mengiringi apa yang di alami adit.
Iis..aku boleh Tanya gak? Boleh dit, kenapa kamu iis dua bulan setelah di sana kamu agak berubah kamu lebih banyak diemnya? Ga tau dit aku males ngomong. Apa aku ganggu kamu iis? kok kamu ngomong gitu sih dit! Aku ga suka cara kamu. Lalu bagaimana aku harus bersikap padamu iis? dengan cara apa aku harus mencintaimu? Dulu kamu pernah ngomong, ‘beri aku harapan jangan janji yang hanya kamu ungkapkan’ sekarang mana harapan itu? ya udah lah dit, udah dulu ya aku cape!. Lho kok kamu gitu iis? kenapa sih beri aku penjelasanmu? Baik lah dit, sebaiknya kita sendiri-sendiri dulu aja yah aku butuh waktu dit, satu bulan aja dit? Kok gitu sih iis, kenapa setiap ada masalah meski kita hindari terus aku gak mau iis. ya udah lah dit terserah kamu aja!! Udah dulu ya dit aku pengen istirahat..ya udah iis baik-baik disitu yah.
Setelah sekian waktu mereka berpilah pilih waktu untuk berkomunikasi, akhirnya satu keputusan berat harus mereka terima. Saat – saat yang tak terbayang begitu cepat terjadi.
Waktu liburan kuliah adit pulang ke rumahnya, kota yang telah banyak mengajarkannya tentang kehidupan. Senja yang tak begitu cerah menuntun adit untuk mengambil sebuah keputusan, iis pun demikian ada sesuatu yang ingin di bicarakan namun waktu menghakimi adit untuk berkata terlebih dahulu. Sore itu adit menelpon iis, met sore iis kamu lagi dimana? Aku lagi dirumah dit, ada yang mau aku omongin iis? cukup lama aku lamunkan iis apa yang begitu berat menimpa apa yang selama ini telah kita bina bersama, apa isyarat ini iis? aku pun tak tau dit, sebaiknya kamu pikirkan saja masa-masa belajar kamu dit. Maksud kamu iis? yah tak ada jalan terbaik di saat kondisi seperti ini dit, kita hanya cukup saling memahami dan mengerti apa maksud keinginan kita masing-masing. Aku tau maksud kamu iis, mungkin baiknya kita akhiri dulu semua iis. akupun tak ingin menghalangi kebebasanmu iis, untuk menikmati apa yang membuatmu bahagia apalah arti hadirku jika tanpa bahagiamu. Aku akan tetap mengharapmu iis, bawalah separuh rasa dihatiku dan biarlah separuhnya untuk mengenangmu.
Maafkan aku dit dan maafkan apa yang terjadi padamu karena aku. Sudahlah iis semua telah tertakdir dan harus terjadi padaku dengan melibatkan kehidupanmu. Makasih dit untuk semuanya kamu akan selalu ada sebagai orang yang pernah terdekat dalam hatiku, jaga diri kamu baik-baik ya dit udah dulu ya aku harus siap-siap berangkat kerja. Iya iis makasih juga atas kerelaanmu berbagi denganku.
Rintik hujan mengiringi akhir kisah mereka apa yang tak pernah terkira akan terjadi dan kini tak pernah terkira harus berakhir.

Hari-hari yang begitu berat harus dijalani oleh adit benaknya tak mampu melupakan hilangnya seseorang dalam hidupnya gadis yang dulu selalu dinanti di setiap hari-harinya. Di sela-sela liburannya adit tak sanggup menahan kepedihannya dia selalu terdiam dan kehilangan senyum yang dulu terasa indah mengiringi hari-harinya.
Ya alloh aku hanya bersandar padamu akupun tak mampu menghadirkan harapan seperti apa yang telah engkau anugerahkan padaku, aku hanya mampu memohon dan berusaha menjalani apa yang harus terjadi padaku beri aku petunjukmu ya alloh dengan apa yang telah terjadi dan yang akan terjadi nanti. Dulu jalan ini menjadi alunan langkah di saat bahagia, sedih dan beratnya sebuah pilihan namun tetap ku jalani dengannya. Kini telah terukir kenangan di sini tempat yang menjadi awal perjalananku dengannya.
Beberapa minggu kemudian adit harus kembali menjalani masa waktu belajarnya dia harus melanjutkan kembali kuliahnya setelah beberapa minggu masa liburan. Tak ada yang berubah dengan suasana di sana hanya ada satu rasa yang hilang, rasa yang dulu menjadi penghilang lelahku dan tempat berbagiku.
Empat bulan setelah adit kehilangan iis, mereka masih tetap berkomunikasi sebagai sahabat namun adit masih tetap mencintai iis. Meskipun iis menunjukkan sikap yang berbeda adit tetap menggenggam rasa cintanya dalam hati bahkan adit heran dengan perubahan yang terjadi pada iis. sepertinya iis telah bahagia dengan kehidupannya di sana.

Dengan berat adit harus berusaha melupakan iis dan seseorang pun datang dalam kehidupan adit. Sore setelah adit pulang kuliah sambil beristirahat ada pesan yang ia terima, “sore adit lagi ngapain ingat gak ma aku? Sejenak adit terheran ia tak tau pengirim pesan itu adit pun coba mencari tau denagn mengubungi no itu. Siapa ini yah? Masa lupa dit? Siapa yah aku ga tau nih? Aku ani dit, erna setiani, coba deh inget-inget. Adit terdiam dan mencoba mengingat ingat dan akhirnya diapun ingat akan sesuatu hal. Ooh iya ani yah, yang dulu kenalan di bis kota kan kalo ga salah kita masih satu daerah kan rumahnya? Hee..heee..pinter iya bener banget dit, kok masih inget ma aku hayo dipikirin terus yah? Kamu bisa aja an..kan kamu yang ingetin aku tadi, gimana kabar kamu? Baik dit, kamu giaman? lagi kuliah aja yah? Aku juga baik an, enggak an lagi dikost aja. Maksudku kamu lagi nglanjutin kuliah habis kursus, giama sih kamu dit? Hee..hee…iya an, kamu sekarang dimana? Aku di Jakarta dit, lagi kerja sambil kuliah aja. An kalo ga salah kamu yang dulu nangis ketinggalan angkot kan..he..hee… Ah ngledek kamu dit aku kan takut ga bisa pulang tau…!!! Untung ada aku yak kan an…yeee gr banget kamu dit ga ada kamu aku juga bisa pulang. Udah dulu ya dit kamu ngledek terus sih.hee…hee enggak kok dit aku mau berangkat kuliah nih besok deh disambung lagi. Iya deh an kapan-kapan di sambung yah. Iya makasih yah daaaahh…adit.
Hari itu terlihat berbeda buat adit ia mulai bisa bercanda dan tertawa lepas setelah lama termenung. Ani adalah seseorang yang tak sengaja adit kenal beberapa tahun lalu. Malam harinya giliran ani yang menghubungi adit, beberapa kali telepon adit berdering namun adit tak tau karena keasyikan mendengarkan musik namun akhirnya adit mengangkat telpon ani. Iya an…hey lama banget ngangkatnya hayo lagi ma sapa? Ah enggak kok tadi aku ga denger hp’ku bunyi soalnya lagi dengerin musik. Ohh..kirain eh iya dit ganggu gak aku telpon ntar ada yang marah lho..? ah enggak an kamu ga ganggu kok ga ada yang marah an, kamu kali awas ntar cowo kamu tau marah lagi.hee..hee.. yeeh enggak lah aku ga punya cowo kok mana ada cowo yang berani marahin aku.hee…wah kamu galak yah jadi pada takut semua?? Enak aja siapa yang galak, ntar ga ada yang mau ma aku.. kamu ga pergi dit besok kan libur ngapel kek apa kemana gitu? Enggak ah an sapa yang mau diapelin? Yah penjual pecel lele atau penjual nasi goring gitu..hee..hee.. yah sial kamu an gentian nih ngledek? Hee..hee sory sih dit habis dulu kan kamu suka banget ma makanan itu ya kan!! Eh dit mang kamu ga punya pacar kayaknya suntuk banget gitu? Pernah ada sih an? Lho kok pernah ada mang dah enggak? Iya an baru empat bulan lalu kami putus. Ehh..sory dit aku ga tau jadi ngingetin kamu yah.. ga apa an, mang masih inget kok.hee..hee. Duhh..duh masing ngarep nih yee… yah gitu lah kira-kira an. Hmm gini nih kamu sih suka ngira-ngira jadi putusnya ya. Eh dit bulan depan aku pulang lho mau ga kamu temenin aku jalan-jalan, kamu pulang yah mau gak? Ya coba deh an besok lihat kalo bisa pulang aku pulang kok, kamu kabari aja kalo mau pulang.. ok deh adit besok aku kabari yah. dah dulu yah dit mau ke tempat temen nih, sana kamu ngapain biar ga suntuk gitu. Iya deh makasih yah an.. iya dit sama-sama.

Dan Adit pun semakin dekat dengan ani, adit mulai suka dengan cara ani ngobrol padahal belum lama mereka kenal namun mereka nampak telah lama kenal. Namun adit masih saja mengharapkan iis untuk dapat kembali menjalani apa yang telah retak dan menyatukannya kembali.
Tak pernah di sangka ani menyembunyikan hal yang begitu lama tersembunyi, sejak pertama bertemu ternyata ani telah suka ma adit. Ani tak tau bagaimana agar adit tau perasaannya, diapun takut adit telah dimiliki seseorang dan kepulangan ani adalah salah satu tujuannya agar adit tau perasaannya ternyata ani akan mencoba mengungkapkan pada adit.
Satu bulan yang terasa begitu lama bagi ani dan terasa cepat bagi adit. Akhir pecan bulan itu ani mencoba menghubungi adit, Sore dit lagi ngapain? Lagi di kost an aku mau pulang nih kerumah kebetulan sabtu minggu libur. Wah kebetulan banget nih kayaknya sabtu sore aku dah dirumah dit, kamu main ya dit mau gak? Gimana ya an, apa kamu ga capek? Enggak dit kan paginya istirahat dulu main yah dit? Iya deh an, besok malem aku main deh kerumahmu. Makasih dit ya udah kamu hati-hati ya di jalan aku juga mau siap-siap nih nanti sore aku juga pulang. iya deh an kamu juga hati-hati yah, ok dit.

Setelah beberapa bulan atau hampir satu tahun lamanya akhirnya ani dapat bertemu dengan adit, ani pun tak mengerti sejak pertama kali bertemu adit dan sejak itupula ani memendam harapan. Namun ani juga memendam keraguan apakah adit bisa menerima perasaannya keraguan ani cukup beralasan karena setelah berkenalan dan cukup lama adit belum pernah menghubungi ani. Ani tetap bertekat liburan ini ia harus bisa berbicara pada adit.
Sabtu sore adit menepati janjinya menemui ani rumah ani tak terlalu jauh dari tempat adit kira-kira 20 menit adit sampe tempat ani. Sejenak berhenti adit menghubungi ani, sore an…ak dah didepan rumah kamu nih boleh masuk gak? Udah nyampe dit!!! Kok ga ngomong dulu sih… kan kemaren dah ngomong jadi langsung aja ketempatmu.he…he… Hmm…dasar adit, ya dah tunggu bentar yang aku keluar. Tak lama ani membuka pintu rumahnya, ani kaget melihat adit akhirnya ia benar-benar melihat wajah adit kembali dengan sedikit malu ani menyapa adit. Hey…dit maaf yah nunggu.. iya gapapa an, lama yah ga liat kamu sekarang berubah? Ah..enggak dit biasa aja kok masih kaya dulu kan? Enggak an, dari cara kamu ngomong sekarang kamu kayaknya dah ga cengeng lagi nangis di pinggir jalan kaya dulu.he…heee… Hmm…terus ledek aja ampe puas, siapa juga yang cengeng baru liat aku nangis sekali kan..yeee.. masuk aja yuk dit ngobrolnya di dalem aja. Dengan langkah pelan adit masuk kerumah ani. duduk dit sapa ani. Iya makasih, mau minum apa dit? Ga usah an seadanya aja.hee… uuuhh..dasar adit, bentar yah.
Hey..bengong aja dit, nih minum dulu kan cape habis jalan. iya an makasih, ngomong-ngomong kok sepi pada kemana? Kebetulan lagi pada kerumah kakek dit jadi sepi deh.. gimana dit kuliah kamu? Baik-baik an, kamu gimana an hampir satu tahun ga kasih kabar? Ya gini lah dit aku mau telpon kamu tapi takut ganggu kamu nanti. Yah ganggu kenapa telpon aja an kalo sempet aku kan lupa no kamu. Hayo lupa atau nglupa nih..hee… enggak an lupa bener dulu ga aku simpan tapi kayaknya no kamu ganti ya? Iya dit aku ganti, no kamu gag anti-ganti hayo ada siapa tuh? Ga mau ganti. Yah enggak an males ganti-ganti aja.
Oh iya dit kemaren kamu ngomong habis putus ma cewe kamu yah? Dan tak sengaja ani menyinggung perasaan adit, sejenak adit terdiam. Upst sory dit maaf deh salah yah aku ngomong? Ga apa an semua dah terjadi kok. Kayaknya kamu berat banget kehilangan dia dit, yah aku tau dit perasaan kamu kalo kamu masih suka kenapa gak ngomong ke dia? Belum bisa an, dia mungkin dah bahagia dia sana aku takut menghalangi kebahagiaanya. Ya udah dit ga usah dipikirin dulu tuh kan kamu jadi sedih gitu, masa cemen gitu sih?..hee… waduh kamu nih an ngledeknya yah,!!! iya dit sory becanda aja kok , dah berapa lama dit putusnya? Udah hampir tujuh bulan an. Oh..dah lumayan lama yah, boleh dong aku ngomong? Ngomong apa an? Eh..enggak dit becanda kok. Tak sengaja ani mencoba berbicara namun ia membatalkan ia masih ragu akan keberaniaanya. Yah kirain mau ngomong apa an? Wah an aku pamit dulu yah dah mulai malem nih? Kok buru-buru dit baru jam setengah delapan? Yah kan dah dari sore si tempat kamu.. Ya udah deh hati-hati ya dit, makasih lho dah main. Iya an sama-sama. Dit ? ya..besok jadi kan? Jadi apa an? Yah lupa deh..kan kamu janji mau nemenin aku jalan-jalan..? oh iya an sory aku lupa ya udah jam berapa besok aku jemput? Jam sembilanan aja ya dit bisa kan? Bisa an besok deh aku jemput,ya dah aku pulang dulu yah? makasih dit, jangan lupa besok yah?hee...

Malam itu ani coba berpikir cara tepat untuk bicara pada adit, ia bertekat menghapus masa lalu adit dengan kehadirannya. Tekatnya begitu mmebulat hingga iya tak tau bahwa adit masing sangat mencintai iis.
Di sisi lain adit memikirkan kata-kata ani sore itu, bener juga yah kata ani kalo aku masih suka iis kenapa ga ngomong aja. Tapi gimana yah mau ga yah iis? pokonya aku harus yakin aku harus cepet ngomong sebelum terlambat. Gimana yah, oh iya aku tanya ani aja besok dia kan cewe pasti tau lah gimana perasaan cewe. Adit tak tau bahwa pikirannya akan berlawanan dengan ani, yah inilah dilemma kehidupan tak pernah sama namun tak sedikit juga yang merasakan sama. Hingga ke esokan pun tiba…
Pagi an..!! pagi juga dit. Gimana an mau jalan-jalan kemana nih? Aku anter deh, hmm..makasih dit, gimana kalo ke waduk sempor aja dit kan enak ngobrol sambil main air? Boleh an lama juga ga kesana nih. Sesampainya disana ani coba untuk menyinggung perasaan adit, dit aku boleh gak ngomong sesuatu ma kamu? Boleh an aku juga mau nanya ma kamu an? Wah mau tanya apa nih dit? Kamu aja duluan an nanti aku terakhir aja. Iya deh dit aku ngomong yah, dit mungkin kamu ga percaya atau mungkin malah kamu anggap mustahil tapi ini nyata dit. Secara gak kamu sadari dari awal pertama ketemu kamu aku mulai suka dit ma kamu, aku juga ga tau dit rasa itu tiba-tiba aja muncul sekian lama dit aku tahan perasaanku aku takut untuk bicara ma kamu. Sekian lama aku tunggu saat-saat ini walaupun maaf ya dit kamu belum lama baru putus tapi aku gak bermaksud memanfaatkan keadaanmu aku gak tau lagi harus gimana, aku udah lega dah bisa terus terang ma kamu dit. Mau kamu member harapan buat aku dit? Adit tak menyangka semua akan seperti ini padahal dia ingin bertanya perihal iis kepada ani. Harus bagaimana aku, aku tak bisa secepat ini melukainya namun aku juga tak bisa memberikan kebohongan kepadanya dia terlalu baik untuk di sakiti. Dit gimana sekarang semua terserah kamu? Gimana ya an, aku belum bisa menjawabnya aku takut terlalu cepat mengambil keputusan baiknya kita jalani dulu semua ini an biar tau perasaan masing-masing.
Iya dit aku ngerti perasaan kamu aku juga ga bisa memaksa, aku akan tetap nunggu kamu dit apapun itu sampai kamu mau buka hati buat aku. Nampaknya adit semakin kebingungan mendengar perkataan ani ia berfikir secepat mungkin harus mengambil keputusan namun tidak untuk saat itu. oh iya dit, tadi kamu mau nanya apa? Ah, enggak an aku cuma mau nanya kapan kamu balik ke Jakarta? Oh.. minggu depan dit kenapa mau iktu?he… enggak lah an aku kan kuliah juga. Iya ..iya dit kirain mau nanya apa? Aku jadi canggung ngomong ma kamu an, kok bisa sih yah? hmmm… biasa aja lah dit, siapa sih yang tau perasaan orang dit dan apa yang akan tertakdir padanya, sama halnya cinta dit tak tau kapan datang dan perginya. Iya sih an, ya udah tapi jalani dulu apa adanya ya an aku ga mau salah ambil keputusan. Iya dit dah nyante aja aku ngerti kok, aku dah seneng kok kamu mau ngertiin aku dit. Dit dah mau sore nih pulang yuk aku ada janji ketempat temen lama nih gak main, ya udah kita pulang yah.

Dua sisi yang berbeda dimana ani dah berhasil mengungkapkan perasaanya dan dia percaya adit akan memberinya harapan. Disis lain adit semakin bingung iis masih melekat dihatinya ia masih mencintai iis, disisi lain ada seseorang yang rela menunggunya selama itu.
Dan adit pun harus kembali kuliah, sementara ani menghabiskan sisa liburannya. Semua terus berjalan sekian lama mereka semakin sering berkomunikasi, namun di sela itu mereka masing-masing menyembunyikan sesuatu. Adit masih terus mencintai iis meskipun ia tak tau perasaan iis waktu itu, sementara itu ani di samping ia rela menunggu adit selama itu ada juga seseorang yang rela menunggu ani untuk membuka hatinya. Berkali –kali seseorang itu mencoba membuka hati ani bahkan lebih lama dari waktu ani rela menunggu adit sampai-sampai ani kehilangan akal untuk menyangkalnya namun rasa cintanya kepada adit membuatnya mengerti cinta tak pernah bisa dibohongi.

Di lain hal adit masih mencoba untuk mengatakan kepada iis bahwa ia masih mencintainya, hingga tiba suatu waktu adit menyakinkan dirinya untuk mengatakan kepada iis. sore itu adit libur dan ia berniat menghubungi iis. Met sore iis, lagi dimana bisa gak ngobrol bentar? Bisa dit aku lagi libur kok. Wah kebetulan dong iis, giaman kabar kamu lama nih gak denger kabarnya? Aku baik-baik aja dit, kamu gimana dit kemana aja nih? Aku juga baik-baik iis, aku mau telpon takut ganggu kamu iis? enggak lah dit kalo ada waktu telpon aja dit. Iis aku boleh gak ngomong? Iya dit mau ngomong apa? Dari mana yah aku harus jelasin, tapi jujur iis aku masih mencintai kamu aku tak pernah mampu untuk melupakanmu iis terlalu berat kehilangan semua buat aku iis, mau kah kamu membuka kembali semua itu iis? Aku gak bisa dit. Kenapa iis? adit terheran secepat itu iis menjawabnya. Apa udah ada seseorang lain iis? aku ga tau dit tapi memang ada seseorang yang begitu baik kepada ku, hampir tiap pagi ia menjemputku berangkat kerja bahkan ia sempat mengungkapkan perasaannya padaku, namun tak secepat itu aku menjawabnya. Maafin aku juga dit aku gak bisa untuk kembali jalanilah apa adanya dit biarkan takdir yang menjawabnya, udah ya dit aku ada janji di sambung besok lagi ya dit.
Adit hanya terdiam tanpa menjawab sapaan iis dan iis pun telah menutup telponnya. Adit terkejut ia tak percaya begitu cepat perubahan pada iis tanpa menghiraukan perasaannya iis berterus terang apa yang telah terjadi kepadanya tentang seseorang yang mendekatinya. Terbesit pikiran dalam benak adit yang cukup membuatnya tak berdaya, apakah ia tak lagi benar-benar mencintaiku begitu mudahkah ia melupanku dan apakah cinta itu? bila mudah untuk dilupakan. Dan adit tetap bertekat untuk mencintai iis apapun yang terjadi.

Akhirnya harus memilih....
Ada seseorang juga yang sedang dalam kebimbangan menunggu jawaban adit, setelah beberapa waktu mencoba member adit kesempatan untuk berfikir. Ani juga merasakan kebimbangan ia berniat berbicara lagi kepada adit. Selang satu hari setelah adit berbicara kepada iis, ani mengirim pesan kepada adit untuk menghubunginya, “ dit telpon aku yah?”, dan tak lama adit menghubungi ani. Iya an ada apa? Kamu kenapa dit kok ga semangat gitu, aku ganggu yah atau ada masalah? Enggak kok an kamu gak ganggu aku baik-baik aja. Dit harus berapa lama lagi aku menunggu? Maksud kamu an? Iya udah selama ini aku menunggu keputusan kamu aku udah coba kasih waktu buat kamu berfikir, aku pengen ada keputusan dari kamu?! Tapi an aku gak bisa.. ok dit aku tunggu sampe kamu bisa..!! tapi an? Pokoknya aku tetep tunggu, titik. Dengan secepat itu ani menutup telpon adit, sepertinya ani kecewa akan sikap adit.
Adit semakin bingung akan hal yang di hadapinya, ani tetap kokoh menunggunya sementara adit juga kokoh mencintai iis. Adit tak bisa berlama-lama membuat ani terluka secepat mungkin ia akan berbicara pada ani. Namun adit masih terus mencoba meneruskan cintanya pada iis, “iis aku tak tau cara melupakanmu, cinta ini semakin erat ku genggam setelah apa yang telah terjadi. Beri aku kesempatan iis” itulah bunyi pesan adit kepada iis. Beberapa jam kemudian iis menghubungi adit, hey dit…iya iis.. lagi apa dit? Lagi tiduran sambil nunggu balesan pesan dari kamu eh malah kamu telpon. Dit aku ga tau gimana ngomongnya, lupakan lah aku dit.!! Tapi iis kenapa? Carilah yang lebih baik dari aku dit. Sampai kapan aku temukan iis jika aku selalu mencari yang terbaik? Kenapa kamu ga ngerti perasaanku iis? iya dit aku ngerti tapi maff aku ga bisa. Iya iis tapi kenapa? Aku ga mau kamu kecewa dit, belum lama kakaku memilihkan seseorang untuk mendampingiku memang dia baik tapi aku belum bisa dit untuk secapat itu, tapi aku ga tau tiga atau empat tahun lagi jika masih ada kesempatan aku ingin menyegerakan. Karena itulah aku ga mau kasih harapan sia-sia padamu dit lebih baik kamu selesaikan kuliah kamu. Tapi iis kita ga pernah tau kana pa yang akan terjadi nanti? Karena itulah aku tak mau ceroboh mengambil keputusan. Tapi aku akan tetap mencintaimu dan menuggu kamu iis…terserah kamu dit tapi jangan sesali apa yang akan terjadi dit….!!! Aku akan lebih menyesal jika aku menyerah hari ini iis… baiklah dit terserah kamu tapi aku gak mau ngasih harapan semu padamu..! biarah iis, biarkan aku mencari harapan itu. baiklah dit itu keputusan kamu.

Begitu berat keputusan adit, waktu terus berjalan ia selalu memikirkan kata-kata iis tiga tahun yang akan mengawali atau bahkan akan mengakhiri segalanya semua yang dinantinya. Walaupun tak pernah tau apa yang akan terjadi namun sungguh perkataan iis membuatnya tak berdaya. Adit tak sanggup membyangkannya. Sementara telah ada seseorang yang rela menunggunya namun cinta bukanlah pilihan kata, perasaan dan takdir lah yang menentukan pilihan cinta. Akhirnya adit harus berterus terang kepada ani bahwa ia masih tetap mengharapkan iis meskipun tak pernah adit tau seberapa mungkin harapannya itu.
Sekian lama ani menanti jawaban adit, hingga ia harus merelakan penantinannya itu dengan berat hati adit harus berkata dan dengan sangat berat ani menerima keputusan adit. Senja itu menjadi akhir penantian ani, “met sore an sibuk gak aku mau bicara nih? Enggak dit ngomong aja dit. An sekian waktu aku coba untuk memahami, trimakasih an kamu dah rela buat nunggu aku maafkan aku an membuatmu kecewa. Aku gak bisa member kamu harapan an, berat untuk aku mengataknnya namun aku harus jujur an aku masih mencintai iis. Maaifin aku an.. Oh..jadi ini dit jawaban dari semua penantianku kamu masih suka sama mantan kamu kan, kenapa ga dari dulu kamu ngomong? Lalu mana hasilnya kamu rela nunggu sesuatu yang ga pasti sementara ada seseorang yang mencintai kamu dit, apa kamu ga menyadari dit aku ada menintaimu. Iya an aku tau, kamu mencintaiku tapi cinta bukanlah kebohongan... Kenapa ga dari awal kamu ngomong dit??? Maafin aku an, aku ga mau buat kamu terluka..oh.. gitu dit lalu apakah sekarang kamu gak buat aku terluka dit??? Apakah kamu tau dit jauh dari perasaanku padamu ada seseorang yang rela selama dua tahun menanti hadirnya cintaku dit, dia baik dit sangat baik untuk di sakiti tapi rasa cintaku padamu yang mampu menahanya, namun apa sekarang hasilnya dit..apa dit??? Maafkan aku an, ini sudah menjadi pilihanku sudah ku tentukan pilihan cintaku. Semua belum terlambat bagimu an jika ia sungguh-sungguh ia tetap masih menantimu an, gapailah cintanya an dia lebih pantas kamu cintai dengan perjuangnya selama ini. Biklah dit, aku kecewa sama sikap kamu dit tapi aku juga hargai kejujuran kamu, namun aku juga tak bisa mencintainya dit aku akan mencari cintaku sendiri seseorang yang benar-benar aku cintai, meskipun aku tak bisa bersamammu aku juga tak bisa menerimanya dit. Terimakasih untuk semuanya dit, carilah harapanmu dit tak ada yang sia-sia terimalah karena takdir dit dari pada berputus asa itulah yang sia-sia. Selamat menjalankan kehidupan kita masing-masing dit, makasih buat semuanya. Hanya tuhan yang mampu membalas kebikkanmu an, maafkan aku an. Udah lah dit semua udah terjadi, baik-baik disitu dit aku butuh waktu mungkin beberapa hari ini aku ga bisa dihubungi. Perjuangkanlah harapanmu dit sampai ketemu lagi ya dit....

Inilah kehidupan dan cinta itu semua tak bisa diperkirakan, datang dan pergi adalah misteri baginya. Kita hanya bisa menjalani tanpa bisa menentukan karena telah ada yang men’takdirkan kehidupan kita masing-masing. Semua adalah sementara bukan milik kita selamanya, maka jagalah dengan baik apa yang kita miliki sentuhlah dengan ketulusan dan kejujuran. Terimalah karena takdirmu jangan sia-siakan semua karena menyerah dan berputus asa....

Ini telah menjadi keputusan adit dan cinta yang terpilih adalah cintanya kepada iis, ia tak tau apa yang akan terjadi meskipun waktu tak pernah memberikan kepastian apakah takdir akan menyatukan ia dengan iis atau bahkan akan memisahkannya, inilah misteri yang kuasa.

Rona merah di sisi senja menjadi tabir kenangan bagiku dan dirinya…
Dan gelap akan segera menyelimutinya…
Hingga rintik hujan menyejukkan dahaganya…
Jiwa yang dulu berkelana, terus berdiri tegak menegaskan harapannya…
Sampai butir-butir air mata menjadi berlian yang berharga…
Dan kenangan menjadi sejarah yang tak akan terlupakan…

Sekian...

Dia itu...,

Sebut saja namanya dino. Dino adalah seorang cowok yang sangat memiliki karisma dan prediket tajir, yang bisa membuat banyak cewek takluk atau lengket kepadanya. Tak sulit bagi dino untuk mencari cewek baru setelah dia putus dengan pacar lamanya. Hal ini membuat dino seakan tak memperdulikan hati para cewek, karena merasa cewek ga ada bedanya dengan sebuah baju, bila sudah lusuh tinggal ganti yang baru. Apa kamu juga seperti ini? .

Tapi tak selamanya dino menjadi sang idola banyak cewek di sekolahnya, seorang murid baru yang baru pindah dari luar kota membuat nama dino perlahan memudar, kenapa?. Karena banyak cewek yang lebih terkagum dengan anak baru yang bernama tio itu...

Hari-hari berganti, semakin banyak cewek cantik yang biasanya mendekati dino berpaling ke tio. "Eh sob kayanya lo kalah saing deh ama si tio", kata salah seorang teman dino yang bermama romi. Dino tak menjawab perkataan dari temannya itu, dan langusng berdiri kemudian melangkahkan kakinya perlahan ke arah tio. "Hei lo anak baru!!! jangan sok pamer lo disini..!!!", kata dino kepada tio. Tio terkejut mendengar perkataan dari doni itu. "Emangnya gua kenapa?", tanya tio bingung. "Lo tu sok kegantengan tahu ga?!!", Plak...!!, kata doni yang kemudian memukul wajah tio. Tio terjatuh dengan memar di wajahnya, puluhan pasang mata melihat kejadian itu. "Kalau lo masih aja sok kegantengan and sok pamer, lo bakal dapet lebih dari ini!!!", bentak tio.

Beberapa hari berlalu, bagaikan bintang yang kembali bersinar, dino kembali dengan gaya aslinya, yaitu seorang cowok yang sok kaya dan sok cakep. Perlahan kakinya melangkah dengan dagu yang tegak ke atas, dan dengan dua orang teman di kanan serta kirinya sebagai pengawal bak seorang bos. Bel pulang pun berbunyi, terlihat banyak anak-anak murid berlari mengejar lari, seakan terlepas dari kekangan sang guru. Terlihat dino dan teman-temannya sedang berjalan dengan langkah sombongnya. "Eh itu kan si tio, kok dia naik motor butut gitu sob?, katanya dia anak orang kaya?", kata romi. "Iya-ya...kejar yu"...

Mereka lalu mengejar tio dan membuntutinya dari belakang, "Wah kelewatan nih din, itu dia mau ngajak si lisa pulang bareng", kata romi kepada dino. Terlihat wajah yang cemburu ketika dino melihat tio memegang tangan lisa. Dino pun langsung menghampiri tio, dan lagi-lagi tanpa basa-basi dino langsung memukul wajah tio dengan tangan kanannya. Lisa terkejut ketika melihat dino yang tiba-tiba marah. "Nah itu akibat lo ga matuhin kata-kata gua!!!, dasar orang miskin sok banget lo!!!", teriak dino. "Ayo lis, lo balik ama gua aja...", kata dino lagi sambil menarik tangan lisa. Tapi lisa menolak dan berontak ingin melepaskan tangannya dari dino. "Sok banget sih lo lis!!!, ngapain lo mau pulang ama dia!!!, gua juga tahu lo tu cewek kaya apa!!! udah pulang ma gua!!!", bentak dino. Lisa tetap melawan dan berusaha melepaskan tangannya dari dino dan kemudian, Plak!!!. Begitu suara yang terdengar ketika dino menampar wajah cantik dari lisa. "Dino!!!, lo boleh mukul gua, lo boleh menghina gua!!!, tapi lo jangan nyentuh dia apalagi nampar dia!!!", teriak tio kepada dino. "Alah!!! bisa apa lo orang miskin!!!", jawab dino.

Tio yang semula hanya diam, tak dapat menahan amarahnya, tio langsung memukul dino dengan kerasnya dan membuat dino terjatuh ke tanah yang berdebu, terlihat darah di wajah dino. Tio tak berhenti sampai disitu, ia lalu mengarahkan tendangannya ke badan dino. "Ampunnn....", begitu kata dino seakan menyerah kepada tio dengan wajah yang penuh darah. "Awas lo ya tio!!!, bakal gua balas lo!!!", kata dino dengan pelan ketika tio berjalan menginggalkannya.

Keesokan hari, dino yang seorang anak manja telah melaporkan kejadian yang menimpanya kepada papanya, maklum dino adalah anak yang sangat manja. Alhasil, papanya pun datang ke sekolah dengan 3 orang algojo di sampingnya. "Mana anak yang mukul kamu?!?", kata papa dino kepadanya. "Itu pa!,..", kata dino sambil menunjuk ke arah tio. Algojo yang berbadan besar pun langsung menghampiri tio. Dino tersenyum dan tertawa senang menanti tio akan di habisi oleh anak buah papanya. "Padahal tu anak cuma anak tukang obat pa, tapi sombong bener!!!", kata dino kepada papanya. "Anak tukang obat?, kok beraninya dia mukul kamu?, apa dia ga tahu kamu anak siapa?", jawab papa dino yang juga sesombong anaknya.

Di tempat lain terlihat 3 orang algojo yang berbadan tegap itu sedang menggangu ketenangan dari tio yang sedang asyiknya bercanda bersama lisa. Tapi anehnya algojo itu pun kembali lagi dan membisiki sesuatu kepada papa dino. "Ha?!!!", kata papa dino yang terlihat bingung. "Yuk kita pulang", kata papa dino kepada algojonya dan juga dino. "Kok pulang sih pa?", masa takut ama anak kecil gitu?, masa papa seorang pengusaha sukses takut ama anak tukang obat?", kata dino yang terlihat menjengkelkan. Tanpa disadari, dino sangat terkejut ketika tangan dari papanya mendarat ke wajah dino. "Kok?,,", kata dino sambil memegang wajahnya. Terlihat amarah di wajah papa dino dan perlahan ia berkata "Dia itu...anak dari bos papa!!!, jangan macem-macem kamu!!!". Dino langsung terdiam seakan tak mengerti, ternyata tio adalah anak dari orang yang sangat kaya, tapi berpenampilan dan bersikap biasa-biasa saja. Dino yang telah merasa orang terkaya di sekolah itu tak mampu berkata, hanya diam dan terdiam. Ternyata harta itu bukan untuk dibanggakan dan untuk dipamerkan, agar menjadi orang yang paling di idolakan...

The end...


Gimana cerita cintanya?, kalau kurang bagus, harap maklum ya...hehehe...semoga cerita diatas menjadi pelajaran bagi kita semua. Yuk baca cerita lainnya